Meski selama beberapa pertempuran Sparta juga turut membantu, akan tetapi jalan perjuangan yang diambil berbeda. Sparta lebih nekat, seperti yang terjadi dalam Pertempuran Thermopilai pada 480 SM.
Athena dan beberapa negara kota lainnya berhasil mengusir Persia di Pertempuran Salamis pada tahun yang sama. Perang pun dimenangkan oleh pihak Yunani kuno.
Usai perang yang panjang, Athena belajar bahwa posisi mereka tidak menguntungkan secara finansial, jika dibandingkan Sparta yang memiliki pejuang tak terbatas. Athena mempelajari bagaimana Kekaisaran Persia punya jaringan negara yang bekerja sama.
Athena kemudian membuat aliansi dengan negara-negara kota Yunani lainnya yang disebut Liga Delios pada 477 SM. Liga ini bertujuan untuk melindungi Yunani dari invasi Kekaisaran Persia di masa mendatang. Lewat aliansi ini, perang dengan Persia bisa didanai.
Sayangnya, pandangan ini tidak sepaham dengan Sparta. Meski Sparta awalnya memimpin Liga Delos, kondisinya terisolasi. Liga ini kemudian dipimpin oleh Athena yang mendulang kebangkitan Zaman Keemasan karena upeti. Kemudian, Sparta melihat apa yang dilakukan Athena sebenarnya adalah pembentukan imperialisme.
Bisa dibilang Liga Delos pada 454 SM merupakan Kekaisaran Athena dalam sejarah Yunani kuno. Hal ini membawa kecemburuan pada Sparta yang kemudian menghidupkan liga lamanya, Liga Peloponnesos.
Akhir dari Negara-Negara Kota Yunani
Puncak perseteruan Athena dan Sparta pecah dalam Perang Peloponnesia (431–404 SM). Negara-kota Korintus dari Liga Peloponnesos, mendesak Sparta untuk melakukan tindakan atas imperialisme Athena terhadap negara-negara kota lain di Yunani kuno.
Sparta mengultimatum Athena. Athena menolak dan memulai perang selama tiga dekade. Perang ini dimenangkan oleh Sparta dan Liga Peloponnesos yang didukung Kekaisaran Persia. Sparta memperkuat pengaruhnya pada Athena dengan mendirikan Tiga Puluh Tiran.
Dampak Perang Peloponnesia adalah kemerosotan negara-negara kota Yunani kuno, terutama masalah ekonomi. Dana yang seharusnya digunakan untuk menghadapi ancaman kekuatan asing, bahkan terkuras untuk perang sesama negara kota Yunani.
Perang Peloponnesia ini berdampak buruk pada negara-negara kota Yunani, terutama masalah ekonomi yang seharusnya dijaga menghadapi ancaman kekuatan asing. Kedua liga pun masuk ke masa lemah yang membuat Yunani kuno rentan diserang Kekaisaran Makedonia.
Kehancuran semakin kacau ketika Sparta semakin kuat dalam sejarah Yunani kuno. Perang Peloponnesia membuat sekutu-sekutu Sparta terasing dalam Liga Peloponnesos. Negara-negara kota Yunani kuno mulai tidak satu suara dengan Sparta ketika Sparta memulai kampanye ke Ionia pada 398 SM. Thebes bahkan mengganggu ekspedisi Sparta yang dipimpin Agesilaus.
Sparta unggul dalam perang ini, dengan dukungan Kekaisaran Persia yang dirajai Artahsastra II. Namun, konflik Athena dan Sparta terus terjadi dalam sejarah Yunani kuno untuk mengejar status hegemoni.
Perpecahan antara negara-negara kota di Yunani kuno membuka peluang bagi Philip II dari Makedonia untuk memperluas pengaruhnya. Kampanye Philip II bermula pada 338 dengan merebut Athena dan Thebes. Kampanye ini dilanjutkan ke selatan sampai ke Korintus.
Upaya penaklukkan oleh Makedonia berlangsung hingga Aleksander Agung muda, sebelum kelak memulai kampanye menjatuhkan Kekaisaran Persia. Philip II dan Aleksander Agung Makedonia menghendaki untuk menyatukan Yunani kuno yang terpecah belah dengan monarki.