Mitos Pertemuan Hernan Cornes dan Moctezuma yang Ubah Sejarah Aztec

By Sysilia Tanhati, Minggu, 24 Maret 2024 | 10:00 WIB
Pertemuan Raja Aztec Moctezuma dan penakluk Spanyol Hernan Cortes merupakan salah satu pertemuan paling penting dalam sejarah Aztec. Pertemuan tersebut memengaruhi kesejahteraan, kepercayaan, dan budaya jutaan orang yang tinggal di belahan bumi Barat. (Public Domain)

Kompleks istana Moctezuma mencakup kebun binatang dengan kandang burung, koleksi seni, gudang senjata, perpustakaan, dan taman.

Penguasa Aztec mulai mempelajari bahasa Spanyol segera setelah Cortes mendarat. “Orang Spanyol terus-menerus dikelilingi oleh mata-mata yang mengirimkan informasi kembali ke Moctezuma. Dia ingin belajar lebih banyak tentang dunia mereka. Dan tidak sulit membayangkan bahwa suatu hari, orang Spanyol bisa menjadi bagian dari dunianya,” kata Matthew Restall, penulis When Moctezuma Met Cortes.

Moctezuma memang tidak selemah seperti yang dilaporkan Cortes. Namun ia memiliki satu kelemahan: tidak menyadari besarnya ancaman Spanyol. Harus diakui jika kedatangan Cortes mengubah sejarah Aztec.

Suku Aztec percaya bahwa orang Spanyol adalah dewa yang dinubuatkan akan kembali

Hal ini mungkin tampak berlebihan bahwa Spanyol muncul untuk menaklukkan sebuah kerajaan yang kuat. Dan mereka dianggap sebagai dewa yang ditakdirkan untuk menjadi penguasanya. Namun hal itu memang benar adanya.

“Suku Aztec tidak percaya bahwa dewa mereka, Quetzalcoatl, ada di antara mereka. Mereka juga tidak terkesan dengan penampakan Bunda Maria atau salah satu orang suci Katolik,” tulis profesor sejarah Universitas Rutgers, Camilla Townsend dalam The Fifth Sun: A New History of the Aztecs.

Cortes—yang tidak pernah malu dengan eksploitasinya—juga tidak pernah menyebutkan dalam tulisannya bahwa ia dikira Quetzalcoatl. Gagasan tentang kembalinya dewa yang dinubuatkan adalah narasi umat Katolik yang digabungkan dengan mitologi Aztec seputar Quetzalcoatl, kata Restall. Narasi itu kemudian dipopulerkan pada abad ke-16 oleh misionaris Fransiskan yang datang untuk mengubah Suku Nahua menjadi Katolik.

The Florentine Codex, yang ditulis pada 1555 oleh Nahua yang terdidik dalam iman Fransiskan, menekankan nubuat sebagai cara untuk merasionalisasi penaklukan.

Moctezuma segera menyerah kepada Spanyol

Ketika berlayar ke Meksiko dari Kuba, Cortes adalah seorang penjahat yang menentang perintah Gubernur Kuba Diego Velasquez. Sang gubernur telah membatalkan ekspedisi penjelajahannya. “Cortes benar-benar keji,” kata Levy. Saat itu ia mencari wilayah untuk ditaklukkan dan kekayaan untuk dijarah atas nama Kerajaan Spanyol

Surat-suratnya kepada Raja Carlos V menjadi pembenaran ketidaktaatannya. Cortes menyatakan bahwa ia mengikuti aturan penaklukan Spanyol. Hal itu berarti memberikan kesempatan kepada Suku Aztec untuk tunduk pada Raja Spanyol dan Kristus.

Jika Moctezuma segera menyerah, hal itu akan menjadi sesuatu yang patut untuk dituliskan ke kampung halamannya. Akan tetapi tidak ada yang menulis surat ke Spanyol sampai hampir setahun kemudian. Pada saat itu, Spanyol menaklukkan Tenochtitlan dengan paksa.