Selidik Strategi Hadrianus Kekaisaran Romawi Menyingkirkan Kaum Yahudi

By Tri Wahyu Prasetyo, Minggu, 31 Maret 2024 | 08:00 WIB
Patung marmer Hadrianus Kaisar Romawi. (Louvre Museum)

Nationalgeographic.co.id—Kaisar Hadrianus, yang memerintah dari tahun 117 hingga 138 Masehi, merupakan tokoh penting dalam sejarah karena kontribusinya yang luas pada arsitektur, budaya, dan benteng militer kekaisaran Romawi.

Di sisi lain, masa pemerintahannya juga menandai periode penuh gejolak dalam sejarah hubungan Roma dengan warga Yahudi. Puncaknya adalah pada Pemberontakan Bar Kokhba dan penggantian nama Yudea menjadi Suriah Palaestina.

Pemerintahan dan Kebijakan Hadrianus

Hadrianus terkenal karena upayanya untuk mengkonsolidasikan dan membentengi batas-batas Kekaisaran Romawi, serta proyek-proyek arsitekturnya seperti Tembok Hadrianus di Britania. 

Sebagai pencinta seni dan budaya Yunani, kebijakannya secara umum ditujukan untuk menyatukan dan memperkaya kekaisaran.

Namun, menurut Chrsitna Athanasiou, seorang penulis sejarah Yunani, di bawah kepemimpinan Hadrianus Kekaisaran Romawi menerapkan langkah-langkah yang sangat mempengaruhi populasi Yahudi.

Pemberontakan Bar Kokhba

Kekesalan pada Romawi menimbulkan pemberontakan. Salah satu yang terkenal adalah perang Yahudi-Romawi Kedua yang dipimpin Bar Kokhba. Bar Kokhba, pemberontak Yahudi yang gigih melawan serangan Romawi, terus dikenang hingga kini. (Arthur Szyk)

“Peristiwa yang paling menentukan dalam hubungan Hadrianus dengan rakyatnya yang beragama Yahudi adalah Pemberontakan Bar Kokhba (132-136 M), sebuah pemberontakan besar kaum Yahudi terhadap kekuasaan Romawi,” kata Christina.

Dipicu oleh ketegangan agama dan politik, termasuk pelarangan praktik-praktik Yahudi tertentu dan pendirian koloni Romawi di Yerusalem, pemberontakan ini merupakan upaya putus asa untuk meraih kemerdekaan.

Narasi yang luar biasa ini terungkap di sekitar pertarungan sengit untuk memperebutkan kekuasaan antara dua pemimpin yang bertekad kuat. 

Di satu sisi berdiri Hadrianus, kaisar yang memimpin Kekaisaran Romawi di puncak kejayaannya, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai dewa. Di seberangnya ada Shim'on, seorang komandan militer Yahudi yang saleh dari sebuah distrik provinsi yang relatif tidak penting.