Sepenggal Kisah Ibnu Arabi, Filsuf dari Andalusia yang Kontroversial

By Hanny Nur Fadhilah, Minggu, 24 Maret 2024 | 16:00 WIB
Ibnu Arabi merupakan filsuf asal Andalusia. (The Collector)

Di antaranya adalah penglihatan tentang Musa, Yesus, dan Muhammad. Ia pun menghubungkan penyelesaian perjalanan kembalinya, atau pertobatannya, kepada Tuhan.

Berita pengalaman dan ilmunya beredar di Andalusia dan menarik minat salah satu filsuf paling disegani saat itu, Averroes. Meskipun Ibn Arabi baru berusia 15 tahun, Averroes memintanya untuk memverifikasi kesimpulan yang telah dicapainya sepanjang usaha filosofisnya.

Ibnu Arabi mungkin adalah tokoh paling kontroversial dalam sejarah pemikiran Islam. Di satu sisi, ia dihormati sebagai 'Guru Terbesar' ( Al-Syekh Al-akbar) dan dianggap sebagai juru bicara utama Islam esoteris.

Di sisi lain, ia dikecam keras oleh banyak orang dengan tuduhan sesat, ketidakpercayaan, penistaan, panteisme, dan bahkan ateisme. Namanya masih sangat kontroversial hingga saat ini.

Bagaimana seseorang bisa memicu respons yang sangat bertentangan? Jawabannya terletak pada teori Kesatuan Wujud (Wehdet al-Wujud).

Anehnya, istilah yang hampir identik dengan nama Ibnu Arabi ini bahkan tidak pernah disebutkannya dalam satu pun karyanya. Bahkan pembahasan mengenai isi yang kemudian dikenal dengan Kesatuan Wujud bukanlah tujuan Ibnu Arabi dalam karya-karyanya.

Sebaliknya, seluruh korpus sastranya terutama berkaitan dengan apa artinya menjadi manusia seutuhnya. Mazhab pemikiran Ibnu Arabi dapat digambarkan sebagai mazhab yang membahas potensi kesempurnaan manusia dan jalur transformatif menuju realisasi tersebut.

Istilah 'Kesatuan Wujud' dikaitkan dengan alirannya jauh setelah kematiannya, khususnya oleh Ibnu Taimiyah, seorang teolog terkemuka yang mengkritik keras Ibnu Arabi.

Penafsiran Ibnu Taimiyah terhadap karya-karya Ibnu Arabi mengubah ajarannya menjadi sebuah doktrin khusus yang seolah-olah terpisah dari nilai-nilai esensial Islam. Sejak saat itu, teori Kesatuan Wujud telah dikaitkan dengan otonomi dan kontroversi.

Kita semua pernah mendengar pernyataan yang dibuat oleh banyak agama bahwa Tuhan itu esa, tapi apa yang dimaksud dengan “Tuhan itu esa”?

Sejarah wacana filsafat berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan terkait keberadaan Tuhan, dan perdebatan mengenai apa itu Tuhan dan apa yang bukan Tuhan.

Mistikus dan filsuf Andalusia abad ke-13, Ibnu Arabi, mengabdikan hidupnya untuk mempelajari masalah ini. Karya-karyanya menunjukkan bahwa dilemanya bukan terletak pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut, tetapi pada pertanyaan itu sendiri.