Romulus Augustus, Lari dari Takhta Membawa Bencana Kekaisaran Romawi

By Hanny Nur Fadhilah, Senin, 25 Maret 2024 | 09:00 WIB
Romulus Augustus berkuasa secara singkat ketika Kekaisaran Romawi sedang runtuh. (History Extra)

Nationalgeographic.co.id—Romulus Augustus Kekaisaran Romawi menjadi sosok yang penuh teka-teki dalam catatan sejarah.

Naik takhta pada saat Kekaisaran Romawi yang dulunya perkasa menjadi runtuh, pemerintahannya yang singkat menandai berakhirnya era yang berlangsung lebih dari seribu tahun.

Namun siapakah Romulus Augustus, kaisar muda yang menyandang nama pendiri mitos Roma dan kaisar pertamanya? Keadaan apa yang menyebabkan kebangkitannya dan akhirnya kejatuhannya?

Krisis Kekaisaran Romawi Kuno

Pada akhir abad ke-5 M, Kekaisaran Romawi Barat berada dalam kondisi krisis. Mereka berjuang melawan ketidakstabilan politik, kemerosotan ekonomi, dan tekanan militer dari berbagai suku barbar.

Kekaisaran Romawi Timur atau Kekaisaran Bizantium, berhasil mempertahankan stabilitas lebih selama periode ini. Namun separuh wilayah Barat dengan cepat memburuk.

Dalam dekade-dekade menjelang pemerintahan Romulus Augustus, Kekaisaran Romawi Barat menyaksikan pergantian kaisar yang cepat.

Banyak di antara mereka yang memegang gelar tersebut hanya untuk beberapa tahun atau bahkan berbulan-bulan.

Pergolakan yang terus-menerus ini menyebabkan melemahnya otoritas pusat dan semakin terfragmentasinya kekaisaran.

Sementara itu, suku-suku barbar seperti Visigoth, Vandal, dan Ostrogoth terus menyerang dan menetap di berbagai wilayah Kekaisaran Romawi Barat, sehingga semakin merusak keutuhan wilayahnya.

Sebelum pemerintahan Romulus Augustus, Roma telah mengalami beberapa pemecatan yang berkontribusi terhadap kemundurannya.

Pada tahun 410 M, Visigoth, yang dipimpin oleh Raja Alaric, menerobos pertahanan kota dan menjarah Roma, menandai pertama kalinya dalam 800 tahun Kota Abadi jatuh ke tangan musuh asing.

Peristiwa ini sangat mengejutkan dunia Romawi dan menandai dimulainya berakhirnya Kekaisaran Romawi Barat.

Pada tahun 455 M, kaum Vandal di bawah pimpinan Raja Genseric kembali melakukan penjarahan, sehingga semakin merusak stabilitas Roma dan melemahkan otoritasnya.

Penjarahan Roma ini tidak hanya mengungkap kerentanan kekaisaran yang dulunya besar tetapi juga menciptakan suasana ketidakpastian dan kekacauan. Hal ini memainkan peran penting dalam membentuk konteks sejarah pemerintahan singkat Romulus Augustus.

Kehidupan Awal Kaisar Terakhir

Romulus Augustus adalah putra Flavius ​​Orestes, seorang jenderal Romawi dan politikus keturunan Pannonia. Diketahui bahwa ia lahir sekitar tahun 460 Masehi.

Ayahnya, Orestes, pernah menjabat sebagai pejabat tinggi militer yang memiliki karier cemerlang sebagai perwira militer, bertugas di bawah beberapa kaisar Romawi Barat.

Pada tahun 475 M, Orestes diangkat menjadi Magister militum oleh Kaisar Julius Nepos. Hal ini memberinya kekuasaan yang signifikan dalam hierarki kekaisaran.

Memanfaatkan kesempatan untuk memajukan kepentingannya sendiri, Orestes memimpin pemberontakan melawan Julius Nepos, yang sudah berjuang untuk mempertahankan kendali kekaisaran di tengah kerusuhan internal dan ancaman eksternal.

Julius Nepos terpaksa mengungsi ke Dalmatia, meninggalkan kekosongan kekuasaan di Roma.

Alih-alih mengklaim takhta untuk dirinya sendiri, Orestes memilih untuk mengangkat putranya yang masih kecil. Ya, dia lah Romulus Augustus ke posisi kaisar pada akhir tahun 475 M.

Alasan pasti atas keputusan ini masih belum jelas, namun ada kemungkinan bahwa Orestes berusaha menggunakan kekuasaan dari balik layar dengan menggunakan putranya sebagai boneka.

Akibatnya, Romulus Augustus, seorang remaja yang tidak memiliki pengalaman militer atau politik mendapati dirinya dihadapkan pada tanggung jawab yang sangat besar. Dia memimpin sebuah kerajaan di ambang kehancuran.

Pemerintahan yang Membawa Bencana

Pemerintahan Romulus Augustus sebagai kaisar berlangsung singkat dan penuh gejolak, berlangsung kurang dari satu tahun dari tahun 475 hingga 476 M.

Kurangnya pengalaman, dia sebagian besar menjadi penguasa boneka, dengan ayahnya Orestes bertindak sebagai kekuatan sebenarnya di balik takhta.

Kekaisaran Romawi Barat terus menghadapi berbagai tantangan selama pemerintahannya, termasuk ketidakstabilan politik yang sedang berlangsung, penurunan ekonomi, dan ancaman militer dari suku-suku barbar.

Meskipun hanya ada sedikit rincian spesifik mengenai kebijakan dan keputusan yang diterapkan pada masa pemerintahan Romulus Augustus, jelas bahwa ia tidak mampu mengatasi masalah-masalah mendesak yang dihadapi kekaisaran.

Otoritas kaisar muda semakin dirusak oleh fakta bahwa Julius Nepos, kaisar yang digantikannya, masih hidup dan dianggap oleh beberapa orang sebagai penguasa sah Kekaisaran Romawi Barat.

Ketika Romulus Augustus berjuang untuk mempertahankan kendali, ancaman eksternal terus meningkat.

Jatuhnya Roma dan Romulus Augustus

Jatuhnya Romulus Augustus dari kekuasaan terjadi dengan cepat. Hal ini terutama disebabkan oleh tindakan kepala suku Jerman, Odoacer.

Odoacer, seorang pemimpin militer yang terampil, pernah memimpin sekelompok suku Jermanik dalam pasukan Romawi.

Namun, ia semakin tidak puas dengan penolakan Orestes untuk memberikan tentaranya tanah yang telah dijanjikan kepada mereka.

Akibatnya, Odoacer memimpin pemberontakan melawan Orestes dan rezimnya pada tahun 476 M.

Pasukan Odoacer dengan cepat menguasai, mengalahkan dan mengeksekusi Orestes pada akhir Agustus 476 M.

Tak lama kemudian, pada tanggal 4 September 476 M, Odoacer dan pasukannya memasuki kota Ravenna, tempat tinggal Romulus Augustus.

Kaisar muda itu ditahan tanpa perlawanan berarti, dan Odoacer kemudian memaksanya turun takhta.

Dengan digulingkannya Romulus Augustus, Odoacer mengambil langkah berani dengan mendeklarasikan dirinya sebagai Raja Italia, daripada mengambil gelar kaisar.

Ia juga mengirimkan regalia kekaisaran kepada Kaisar Romawi Timur Zeno, yang pada dasarnya mengakui berakhirnya keberadaan Kekaisaran Romawi Barat yang terpisah.

Warisan 

Meskipun pemerintahannya singkat dan sebagian besar tidak efektif, deposisinya oleh Odoacer pada tahun 476 M menjadi tonggak sejarah Eropa, yang mewakili keruntuhan definitif Kekaisaran Romawi Barat.

Pemerintahan Romulus Augustus tidak meninggalkan dampak yang bertahan lama terhadap sejarah Kekaisaran Romawi atau arah peradaban Barat yang lebih luas.

Namun, kisahnya tetap menjadi bagian penting untuk memahami kemunduran dan kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat, konteks sejarah yang lebih luas pada periode tersebut, dan munculnya berbagai kerajaan pasca-Romawi di Eropa Barat.