Bagaimana Umat Islam Menentukan Waktu Imsak Sebelum Ditemukan Jam?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 26 Maret 2024 | 07:00 WIB
Potret penabuh drum atau genderang dalam tradisi membangunkan sahur di Turki pada tahun 2018. Sama dengan Indonesia, di Turki tradisi ini mengakar sejak Kekaisaran Ottoman berkuasa. Akan tetapi, bagaimana umat Islam mementukan waktu imsak sebelum adanya kalendar? (Shutterstock Photo/Daily Sabah)

Nationalgeographic.co.id—Imsak merupakan istilah bahasa Arab yang berarti "menahan". Istilah ini digunaan dalam jadwal umat Islam untuk berpuasa setiap harinya, terutama pada bulan suci Ramadan dalam kalender Hijriah. Imsak menjadi penanda berakhirnya sahur.

Jika melihat waktu salat yang ditentukan oleh berbagai Departemen Agama di daerah, Imsak selalu ada sekitar 10 menit sebelum azan Subuh.

Keakuratan waktu Imsak ini berkat penemuan jam. Umat Islam lebih mengenal lebih dulu jam yang menentukan menit secara jelas dibandingkan lainnya. Penemunya adalah insinyur Andalusi Ibnu Khalaf al-Muradi pada abad ke-11. Orang Eropa baru mengenal jam analog yang serupa dengan Ibnu Khalaf pada abad ke-14 oleh Hendri de Vick dari Jerman.

Sebelum penemuan jam, waktu salat ditentukan oleh arah matahari. Waktu memasuki Subuh diketahui ketika matahari berada di bawah cakrawala, Zuhur ketika matahari di atas kepala, Asar ketika matahari membuat bayangan lebih panjang dari benda, Magrib saat matahari terbenam, dan Isya setelah tak ada lagi cahaya matahari di awan.

Jika umat Islam sebelum ditemukan jam menentukan waktu berdasarkan posisi matahari, lantas bagaimana dengan waktu Imsak sebelum Subuh?

Dalam sejarah umat Islam, waktu sahur berakhir pada azan Subuh. Nabi Muhammad pernah bersabda dalam hadis yang diriwayatkan Abu Daud (817-889 M), "Jika salah satu dari kalian mendengar azan, sedang bejana (makanan) masih ada di tangannya, janganlah meletakkannya hingga dia menyelesaikan hajatnya."

Dari hadis ini, tandanya Nabi Muhammad memperbolehkan makan sebelum azan Subuh. Bahkan, sebagian ulama berpendapat bahwa aktivitas makan dan minum masih bisa berlaku sebelum azan Subuh berakhir.

Lagi pula, konsep Imsak yang merupakan beberapa menit sebelum azan Subuh, akan sangat sulit karena tanda-tanda terbit matahari belum terlihat. Pada masa Nabi Muhammad pun, azan Subuh berdasarkan pengamatan jika tanda matahari terbit mulai tampak.

Pendapat lain mengatakan bahwa Imsak memang sudah ada sejak semasa hidup Nabi Muhammad sebagai pengingat waktu sahur.

Hal itu berdasarkan dari hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari (810-870 M) dari sahabat Nabi bernama Anas bin Malik. Ketika Nabi Muhammad selesai makan sahur dengan sahabat lainnya, Zaid bin Tasbit, dia segera bangkit melaksanakan salat subuh.

Imam Bukhari bertanya kepada Anas, berapa rentang waktu bagi Nabi menyelesaikan makan sahur hingga Nabi Muhammad dan Zaid bin Tsabit melaksanakan salat Subuh. Anas menjawab, "Kira-kira waktu seseorang membaca 50 ayat."

Hadis ini menjadi dasar bahwa Nabi pernah menyelesaikan makan sahurnya sebelum azan Subuh. Waktu ini kemudian dikenal sebagai Imsak.

Akan tetapi, keterangan ini masih rancu mengenai "50 ayat" mengingat Al-Qur'an memiliki satu ayat pendek dan ada pula satu ayat yang sangat panjang. Berbagai kalangan ulama di seluruh dunia berbeda pendapat, ada yang 10 hingga 20 menit.

Di Indonesia sendiri memutuskan 10 menit sebagai waktu Imsak, berdasarkan keputusan Tim Hisab Rukyat Kementerian Agama Indonesia.

Syekh Rami Nsour, ahli fatwa di Amerika Serikat dan pendiri Tayba Foundation mengatakan bahwa anjuran berhenti makan sebelum azan Subuh dianut dalam mazhab Maliki. Meski demikian, tuntunan ini tidak wajib.

"Jika seseorang makan sampai subuh, maka secara teknis puasanya benar, namun ia meninggalkan sunah yang dianjurkan. Seseorang harus berhati-hati saat makan menjelang fajar," ujarnya di laman SeekersGuidance.

Namun, ustaz Abdul Somad mengungkapkan bahwa anjuran Imsak ini baru muncul saat perkembangan mazhab Syafii. Imsak pada awalnya adalah tanda terakhir bagi seseorang harus bersiap untuk makan sahur. Dengan demikian, jika telah melalui waktu Imsak, dikhawatirkan tidak dapat menghabiskan makanannya saat azan Subuh menjelang.

Waktu Imsak tidak diketahui dari mana asal-usulnya. Namun, penerapan berhenti makan sahur 10 menit sebelum azan Subuh lebih banyak diterapkan oleh kalangan muslim Asia Tenggara. Penerapannya bahkan ada dalam jadwal Imsakiyyah (kalender selama puasa Ramadan).

Kalender Imsakiyyah sendiri berasal dari pertama kali dicetuskan oleh Pasha Mesir Muhammad Ali (bertakhta 17 Mei 1805–2 Maret 1848) yang dikenal sebagai tokoh pembaruan era Kekaisaran Ottoman.

Ide pembuatan kalender Imsakiyyah muncul pada 1846 untuk menyelaraskan waktu berpuasa bagi kalangan muslim, baik di perkotaan maupun perdesaan agar tidak repot-repot melihat gejala astronomi.