Gerhana Bagi Peradaban Kuno: Pesan Dewa Hingga Isyarat Akhiri Perang

By Hanny Nur Fadhilah, Selasa, 26 Maret 2024 | 09:00 WIB
Masyarakat peradaban kuno menganggap gerhana merupakan pesan dari para dewa hingga isyarat untuk mengakhiri perang. (Wikimedia Commons)

Mesir Kuno dan Alkitab

Alkitab Perjanjian Lama menyebutkan sebuah episode ketika matahari dan bulan berhenti sebagai jawaban atas doa Yosua di Kanaan, agar pasukannya dapat membalas dendam pada musuh-musuhnya.

Beberapa sarjana modern, yang menggali terjemahan Ibrani kuno dari teks ini, percaya bahwa kata-kata tersebut mungkin hanya berarti bahwa matahari dan bulan berhenti bersinar terang.

Para peneliti menghitung bahwa gerhana cincin mungkin terjadi pada tahun 1207 SM, masa ketika bukti Mesir lainnya menggambarkan pertempuran dengan bangsa Israel di Kanaan.

Jika episode alkitabiah ini benar-benar menggambarkan gerhana kuno, maka hal ini mungkin dapat membantu untuk mengatasi ketidakpastian mengenai garis waktu penguasa Mesir seperti Ramses Agung.

Bangsa Babilonia Prediksi Gerhana Matahari

Bangsa Babilonia merupakan bangsa pertama di dunia yang mampu memprediksi secara ilmiah kapan gerhana matahari akan terjadi.

Pada abad kedelapan SM, para astronom Babilonia telah mampu mendeteksi pola yang kemudian dijuluki 'siklus Saros'. Ini adalah periode 6.585,3 hari (18 tahun, 11 hari, 8 jam) dimana rangkaian gerhana berulang.

John Dvorak, penulis buku Mask of the Sun: The Science, History and Forgotten Lore of Eclipses, mencatat bahwa meskipun siklus Saros berlaku untuk gerhana bulan dan matahari, kemungkinan besar orang Babilonia hanya dapat memprediksi gerhana bulan dengan andal.

Gerhana, yang terlihat oleh separuh bumi setiap kali terjadi, sehingga lebih mudah dipelajari. Prediksi Babilonia, meskipun akurat, semuanya hanya didasarkan pada observasi.

"Sejauh yang diketahui para sarjana, para peneliti mereka tidak pernah memahami atau bahkan mungkin berusaha memahami mekanisme di balik pergerakan planet-planet. Itu semua dilakukan berdasarkan siklus,” kata Dvorak dikutip Greek Reporter.

Baru pada tahun 1687, ketika Sir Isaac Newton menerbitkan teorinya tentang gravitasi universal, yang banyak memanfaatkan pengamatan para astronom. Dari sini, kita mulai memahami gagasan tentang pergerakan planet yang kompleks.

Gerhana matahari terus meninggalkan jejak dalam sejarah. Pada tahun 1919, pengamatan gerhana matahari memungkinkan para ilmuwan menguji teori gravitasi Albert Einstein, yang dikenal sebagai relativitas umum.

Hasilnya mendukung teorinya, membalikkan konsep gravitasi Isaac Newton dan mendorong Einstein menjadi terkenal di seluruh dunia.