19 Tahun National Geographic Indonesia Merayakan Pusparagam Kehidupan

By National Geographic Indonesia, Jumat, 29 Maret 2024 | 17:53 WIB
Didi Kaspi Kasim, Editor National Geographic Indonesia, memberikan pemantik diskusi dalam tajuk Era Baru Penjelajahan: Merayakan Pusparagam Kehidupan, yang digelar di Universitas Multimedia Nusantara, Tangerang. Perhelatan ini merupakan bagian pembuka perayaan 19 tahun majalah bingkai kuning ini menjelajahi Nusantara. (Donny Fernando/National Geographic Indonesia)

"Kita tidak bisa menggunakan cara-cara selama 19 tahun ini dalam menjaga Bumi," ucapnya. "Kita harus menyerahkan tongkat estafet ini kepada generasi sekarang."

Dalam pembahasan sesi pertama tentang Era Baru Penjelajahan, Mahandis Yoanata selaku Managing Editor National Geographic Indonesia, mengungkapkan bahwa "hari ini kita merayakan asal-usul jiwa kita yang tak pernah lelah mengembara."

Pemaparan awak National Geographic Indonesia tentang Seri Ekspedisi Pusparagam Kehidupan, sebuah perjalanan muhibah demi menyingkap keanekaragaman kehidupan dan budaya di Indonesia. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Sejak spesies manusia modern meninggalkan Afrika 60.000 tahun lalu, dorongan untuk melintasi batas pengetahuan manusia telah membentuk kebudayaan kita. Dan, sampai hari ini dorongan untuk menjelajah itu tetap kuat, paparnya.

"Penjelajahan merupakan kegiatan yang telah dilakukan ras manusia sejak lahir, ungkap Yoanata. "Penjelajahan pula yang mampu mendefiniskan kehidupan kita dengan lebih baik—yang mungkin juga mampu membuat kita semakin kenal terhadap dunia dan sekitarnya."

National Geographic merupakan jurnal resmi dari National Geographic Society, sebuah organisasi nirlaba di bidang keilmuan dan pendidikan yang berpusat di Washington, D.C,  Amerika Serikat. Selama lebih dari 130 tahun, National Geographic telah menginspirasi publik untuk lebih peduli pada planet ini.

Mahandis Yoanata, Managing Editor National Geographic Indonesia, memaparkan poster dua sisi hasil Seri Ekspedisi Pusparagam Kehidupan yang pertama, Pusparagam Cycloop. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Edisi bahasa Indonesia hadir sejak April 2005, yang lisensi penggarapannya oleh Grid Network—divisi Kompas Gramedia. Selama bentang 19 tahun, National Geographic Indonesia menyingkap rangkaian kebinekaan Nusantara dalam misi-misi penjelajahan.

Dari nyanyian owa jawa sampai auman sendu harimau sumatra. Dari sebaran jejak kejayaan Sriwijaya, misteri danau Borobudur, sampai keagungan metropolitan Majapahit. Dari kisah pasukan pemadam kebakaran kota sampai dilema pencari suaka. Dari pemetaan burung-burung di Nusantara sampai pemetaan satwa lautnya. Dari dunia baru kehidupan pada skala mikroskopis sampai mendokumentasikan keberagaman alam, bahkan ketika kehidupan ini menuju kepunahan.

Ilmu pengetahuan berperan dalam mengubah cara pandang kita tentang kehidupan. Penemuan teknologi di setiap peradaban merupakan jawaban peradaban itu dalam meretas kesulitan. Salah satu penelitian telah menunjukkan cara pandang nenek moyang kita terhadap alam, yang mungkin memberi gagasan kepada kita tentang bagaimana seharusnya hidup berbudaya bersama alam. 

Utomo Priyambodo, berbagi cerita tentang penugasannya sebagai Writer di National Geographic Indonesia. Toms, sapaan akrabnya, menguraikan persiapan ekspedisi sampai teknik menulis yang bertutur. (Warsono/National Geographic Indonesia)

Dalam sesi kedua, majalah bingkai kuning ini mengajak peserta untuk berdiskusi dalam topik Seri Ekspedisi Pusparagam Kehidupan yang digulirkan sejak 2020. Ekspedisi ini merupakan perjalanan muhibah demi mengungkap keanekaragaman kehidupan dan budaya di Indonesia.