Nationalgeographic.co.id—Suku Amazon di Yunani kuno pertama kali muncul dalam literatur klasik hampir 3.000 tahun yang lalu. Sejak saat itu suku kuno ini terus menginspirasi gerakan feminis, lesbian, dan transgender hingga saat ini.
Namun kurangnya bukti arkeologis yang kuat berarti bahwa para sejarawan masih sangat sedikit memahami tentang para wanita pejuang legendaris ini. Dan beberapa ahli berpendapat bahwa mereka hanyalah makhluk mitos yang tidak pernah benar-benar ada.
Terlepas dari apakah itu nyata atau fiksi, suku Amazon terus-menerus ditata ulang dan disesuaikan dengan berbagai kelompok gender yang tidak menyesuaikan diri selama bertahun-tahun. Dalam upaya menguraikan sejarah kompleks ini, Journal of Lesbian Studies baru-baru ini menerbitkan terbitan khusus yang didedikasikan untuk warisan suku Amazon.
Siapakah suku Amazon itu?
Seperti di banyak masyarakat, perempuan di Yunani kuno diharapkan menjalankan peran sebagai ibu rumah tangga, membesarkan anak, dan mengurus urusan rumah tangga. “Namun dimulai dari Homer, penulis Yunani paling awal yang diketahui, kisah-kisah suku Amazon muncul di luar dugaan tersebut,” tulis Walter Duvall Penrose Jr, penulis pengantar edisi khusus jurnal ini.
Pertama kali disebutkan dalam Iliad pada abad kedelapan SM, kelompok perempuan yang penuh teka-teki ini dijadikan referensi oleh banyak penulis berikutnya selama 700 tahun berikutnya. Menurut Penrose Jr, “literatur Yunani kuno merinci bagaimana suku Amazon menantang patriarki, hidup tanpa laki-laki, dan mengalahkan musuh laki-laki mereka.”
“Suku Amazon berperang dan berburu, tugas yang secara normatif diberikan kepada manusia di Yunani kuno,” jelasnya. Oleh karena itu, “dalam legenda dan ikonografi Yunani kuno, suku Amazon dipahami sebagai individu yang tidak menyesuaikan diri secara gender”.
Asal muasal wanita-wanita perintis ini tidak diketahui. Namun beberapa pakar percaya bahwa suku Amazon - atau setidaknya legenda mereka - terkait dengan prajurit wanita Scythian dan Thracian kuno, yang bukti arkeologisnya memang ada.
Persisnya bagaimana mereka melestarikan masyarakat khusus perempuan masih menjadi misteri. Meskipun demikian, beberapa petunjuk yang agak radikal dapat ditemukan dalam tulisan beberapa penulis Yunani.
Filsuf dan ahli geografi abad pertama SM, Strabo, misalnya, menulis bahwa suku Amazon melakukan hubungan seks dengan kelompok pria tetangganya setahun sekali, biasanya pada musim semi. Setiap anak perempuan yang lahir dari pertemuan ini akan diasuh oleh para pejuang perempuan itu, sedangkan bayi laki-laki akan dikirim untuk tinggal bersama ayah mereka.
“Selama sisa tahun ini, Strabo menceritakan bahwa suku Amazon hidup mandiri dari manusia, bertani, beternak kuda, berburu, dan berperang,” jelas Penrose Jr.
Apakah suku Amazon lesbian atau transgender?