Sejatinya, Maluku merupakan wilayah yang memerlukan perhatian lebih. Penelusuran di berbagai jurnal akademis menunjukkan bahwa tidak banyak yang ditulis tentang Maluku dalam satu dekade terakhir, dan sebagian besar yang ditulis berkaitan dengan konflik pasca-Suharto atau sejarah kolonialnya.
Hal ini terutama terjadi di era meningkatnya kekhawatiran akan meningkatnya pengaruh Tiongkok. Hal ini menyebabkan Australia, Amerika Serikat, Inggris, dan Indonesia (antara lain) mengkalibrasi ulang lensa kebijakan luar negeri mereka masing-masing ke “Indo-Pasifik”. Dan Indonesia, dalam kata-kata pemerintahnya, berada di “titik tumpu” Indo-Pasifik.
Dalam beberapa hal, Maluku merupakan inti dari titik poros tersebut. Tepat di sebelah utara dan timur Maluku, dan hanya beberapa jam perjalanan dengan speedboat dari Seram, terdapat Papua Barat, yang mengalami peningkatan kekerasan secara dramatis dalam beberapa tahun terakhir.
Perbatasan timur lautnya terbuka ke Pasifik, dan Republik Palau hanya berjarak beberapa ratus kilometer. Sementara itu, Kepulauan Sulu yang bergolak di Filipina terletak di barat laut.
Tampaknya, tanah Maluku memang merupakan daerah hangat atau bahkan panas yang rawan konlik, setidaknya di masa lalu. Dan lebih dari itu, wilayah Maluku ternyata juga dikelilingi oleh daerah-derah lain yang juga menjadi titik-titik panas konflik.