Dendang Musik Asia Tenggara Berawal dari Bahan Alami hingga Perunggu

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Jumat, 12 April 2024 | 15:30 WIB
Relief Gandawyuha di Candi Borobudur menampilkan pelbagai instrumen alat musik seperti lute, bar zither, harpa, kendang, seruling, sankha, dan simbal. Dengan relief ini, masyarakat Asia Tenggara sudah mengenal lama keragaman alat musik. (Kemdikbud.go.id)

Nationalgeographic.co.id - Siapa yang tidak suka dengan musik? Semua akan terhentak-hentak dengan irama yang dihasilkan pelbagai instrumen. Peradaban di Asia Tenggara sudah ada sejak lama dalam sejarah.

Penyebarannya berhubungan dengan migrasi manusia. Seiring waktu, alat musik Asia Tenggara berkembang pesat berkat pengaruh peradaban lain seperti India, Tiongkok, dan Timur Tengah. Kemunculan musik Asia Tenggara dapat ditelusuri sejak peradaban manusia mengenal berbagai perkakas penghasil bunyi dan penuturan bahasa.

Arsenio Nicolas, pengajar dan peneliti arkeologi musik dari Mahasarakham University, Thailand, menyingkap bahwa dalam sejarah musik di Asia dimulai dari migrasi kelompok bahasa Austro-Asia, Indo-Arya, Dravida, Tai-Kadai, Sino-Tibet, Austronesia, dan Oseania.

"Penggunaan bahasa-bahasa ini dalam musik vokal, dalam nyanyian, epos, lagu cinta, lagu berangian, dan musik ritual; dan pertukaran musik awal di antara Asia melalui jalur perdagangan maritim dan darat," ungkapnya dalam bincang daring Center for Prehistory and Austronesian Studies (CPAS), Kamis, 28 Maret 2024.

Musik di Asia Tenggara Berawal dari Bambu dan Kayu

Secara instrumen, kemunculan musik berawal dari penggunaan bahan-bahan alami yang menghasilkan irama seperti bambu dan kayu. Benda-benda alami ini menghasilkan alat musik, misalnya tabung bambu, kendang bambu, seruling, pipa, kayu perkusi, kerincingan, bilah dan palang gambang.

Pelbagai peradaban di Asia kemudian mengenal perunggu. Hal ini mendorong penemuan instrumen musik perunggu seperti lonceng yang diperkirakan sudah ada sejak milenium kelima SM.

Lebih maju lagi, kesenian musik dengan perunggu semakin berkembang dengan hadirnya gong datar dan gong bertali sekitar atau sebelum abad kesepuluh Masehi. Perkembangan seni bermusik ini lebih awal di peradaban-peradaban awal di Asia seperti India, Tiongkok, dan Mesopotamia.

"Pembangunan kompleks candi dan istana yang memunculkan estetika baru dalam musik serta arsitektur, bahasa, dan sastra, sejak awal milenium pertama Masehi dan seterusnya," jelas Nicolas.

Perkembangan kesenian musik di Asia Tenggara diperkirakan muncul sekitar 900 SM, terang Nicolas. Sebuah pemakaman kuno di Ban Non Wat, Thailand, ditemukan keramik yang memiliki ornamen berupa tarian. Seni tari sendiri merupakan ekspresi dari irama suara yang dimainkan.

Angklung (Zika Zakiya)

Peralatan musik dari bambu dan kayu dikenal sejak lama di Asia Tenggara. Di Filipina, terdapat alat musik seperti tabung injak, perkusi setengah tabung, sitar dua senar, sitar polikordal, bel, gambang, paranada gambang, pipa bambu, pengkis, dan slit drum.