Nestapa Tawanan Inggris dalam Insiden Lubang Hitam di Kalkuta

By Sysilia Tanhati, Kamis, 11 April 2024 | 19:00 WIB
Lubang Hitam Kalkuta mengacu pada sel penjara yang digunakan untuk menahan 146 tahanan. Sebagian besar dari tahanan itu berkewarganegaraan Inggris. (Public Domain)

 

Nationalgeographic.co.id—Lubang Hitam Kalkuta mengacu pada sel penjara yang digunakan untuk menahan 146 tahanan. Sebagian besar dari tahanan itu berkewarganegaraan Inggris. Mereka ditangkap setelah Nawab Benggala mengambil alih kota tersebut dari East India Company. Menurut saksi mata, 123 tahanan meninggal karena dehidrasi dan mati lemas.

Jumlah kematian akibat Lubang Hitam mungkin dilebih-lebihkan. Namun kesaksian mengenai peristiwa tersebut benar-benar terjadi sangat banyak. “East India Company menggunakan cerita tersebut sebagai pembenaran untuk mengambil alih Kalkuta sepenuhnya,” tulis Mark Cartwright di laman World History Encyclopedia.

Namun baru pada abad berikutnya, pengetahuan tentang insiden tersebut disebarkan melalui buku teks dan literatur. Tindakan ini menjadi salah satu cara yang sama meragukannya untuk membenarkan kehadiran kolonial Inggris di India.

Cengkeraman insiden ini pada imajinasi populer dapat dilihat dari penggunaan ungkapan "seperti Lubang Hitam Kalkuta" dalam jangka panjang. Ungkapan itu merujuk pada tempat yang gelap dan terlarang.

Latar belakang peristiwa Lubang Hitam Kalkuta

Pada pertengahan abad ke-18, British East India Company (EIC) berupaya memperluas kendali perdagangan dan wilayahnya di India. Wilayah Benggala yang kaya merupakan target yang menjanjikan. Kalkuta (Kolkata) pun menjadi pelabuhan perdagangan utama bagi perusahaan tersebut.

Perusahaan Hindia Timur Perancis juga hadir di wilayah Chandernagore (Chandannagar) lebih jauh ke pesisir. Kedua perusahaan ini pada dasarnya mewakili ambisi pemerintah kerajaan masing-masing di India. Untuk melindungi aset mereka, EIC membangun Fort Williams.

Yang membuat ketegangan semakin tinggi, baik Inggris maupun Prancis masing-masing memiliki kekuatan militer sendiri. Pasukan ditempatkan di pos mereka di wilayah Bengal. Ketakutan akan pecahnya konflik membuat para penguasa India setempat merasa kesal.

Yang menyeimbangkan kedua perusahaan asing ini adalah Nawab Benggala, Siraj ud-Daulah. Ia secara nominal berada di bawah kekuasaan Kaisar Moghul di Delhi. Siraj ud-Daulah ingin menghapus EIC dari Kalkuta.

Siraj ud-Daulah, Nawab Benggala, sudah bosan dengan perusahaan asing yang mencoba menguasai wilayah tersebut. Dia memerintahkan untuk menyerahkan benteng. Seperti yang diharapkan, British East India Company tidak mematuhinya.

Untuk mewujudkan rencananya, sang nawab bergerak menuju Kalkuta pada bulan Juni 1756. Pengepungan singkat terjadi dan kota tersebut jatuh. Nasib orang-orang yang ditangkap adalah penyebab tercetusnya legenda Lubang Hitam yang terkenal itu.

Ketika pasukan Siraj ud-Daulah menghancurkan Fort Williams, komandan benteng Inggris memerintahkan tentaranya untuk melarikan diri. Namun tidak semua tentara Inggris melarikan diri. Sekitar 140 orang tetap tinggal di bawah pengawasan John Zephanya Holwell.