Pertandingan Berdarah Serdadu Kekaisaran Jepang Demi Satu Wanita

By Tri Wahyu Prasetyo, Sabtu, 4 Mei 2024 | 16:34 WIB
Potret Kazuko Higa ketika diselamatkan pada tahun 1950. (Via Tanken)

Kazuko dikatakan memiliki rupa yang tak terlalu cantik. Namun, di pulau itu, Kazuko adalah satu-satunya wanita yang ada. Kondisi ini akan segera memantik perselisihan di antara puluhan pria bersenjata.

Pada tahun 1946, Kikuichiro meninggal. Diduga ia telah dibunuh oleh Gensaburo Yoshino dengan motif tak jelas. Dus, Kazuko sekarang menggantikan posisinya sebagai pemimpin pulau.

Kini di antara puluhan pria, janda baru itu bagaikan piala. Persaingan pun segera terjadi. Namun, untuk meredam konflik, Kapten Ishida berusaha untuk mencari jalan keluar dengan menikahkan salah satu dari mereka dengan Kazuko.

Riichiro Yanagibashi adalah pasangan barunya, tetapi tidak lama kemudian dia tenggelam. Kazuko menikah lagi, tetapi setiap kali dia menikah, selalu berakhir dengan kematian.

Sebuah contoh yang baik adalah Gensaburo Yoshino, tersangka pembunuh Kikuichiro yang ditikam hingga tewas. Secara keseluruhan, 11 orang tewas, dan menjadi jelas bahwa mereka saling membunuh satu sama lain karena memperebutkan dirinya.

Sementara para pria bertempur merebutkan Kazuko, Perang Dunia II telah berakhir. Pamflet-pamflet dijatuhkan di Anatahan untuk mengumumkan berakhirnya perang.

Namun, pasukan Kekaisaran Jepang percaya bahwa itu adalah sebuah kebohongan, dan mereka terus bertahan. Ditambah lagi, mereka memiliki pertempuran sendiri untuk diselesaikan.

Namun, setelah lima tahun menyerahnya Kekaisaran Jepang, orang-orang mulai menyadari bahwa Kazuko tidak sebanding dengan apa yang mereka lakukan. Demi menjaga keutuhan, para pria itu kini justru ingin menghilangkan sumber masalah.

“Nyawa Kazuko terancam, dan dia bersembunyi setelah mengetahui hal itu dari salah satu pria. Kazuko akhirnya melarikan diri dengan nyawanya, ketika dia menyerah kepada kapal Amerika yang lewat,” jelas Adan.