Senyawa elektrolit ini berasal dari aerosol-aerosol yang terlarut dalam tetes awan. Aerosol ini bisa berupa garam dan senyawa-senyawa polutan.
“Kombinasi dari efek turbulen, perbedaan pemanasan di permukaan, topografi, pegunungan yang besar, dan konvergensi skala besar, dengan wind shear dan keberadaan gas-gas polutan membuat frekuensi kejadian petir di Bogor sangat tinggi,” paparnya.
Selain itu, aktivitas sunspot (bintik hitam di permukaan matahari) dapat meningkatkan aktivitas petir dalam awan-awan cumulonimbus. Sunspot memiliki potensi untuk mempengaruhi aktivitas petir di atmosfer. Akan tetapi, ujar Sonni, perlu dicatat bahwa sunspot memiliki periode 11 tahunan.
Sonni mengatakan, “Fenomena petir di kawasan Bogor belum banyak dikaji secara intensif sehingga hal ini menjadi peluang bagi mahasiswa untuk dapat mengkaji lebih jauh."