Histori Para Raja Ular dalam Dinasti Kepala Ular Peradaban Maya Kuno

By Utomo Priyambodo, Minggu, 14 April 2024 | 17:00 WIB
Reruntuhan Tikal peradaban Maya kuno di Guatemala. Ada Dinasti Kepala Ular yang sempat mengalahkan kekuasaan Tikal. (Pedro Szekely/Wikimedia Commons)

Nationalgeographic.co.id—Peradaban Maya kuno sering disalahartikan sebagai sebuah kerajaan. Padahal kenyataannya, peradaban Maya kuno terdiri atas banyak pemerintahan yang terpisah-pisah.

Banyak pemerintahan itu disatukan oleh budaya yang sama. Meski begitu, mereka terbagi oleh kesetiaan kepada banyak penguasa dan wilayah hutan yang luas dan tidak dapat ditembus.

Namun, dalam periode kejayaan yang singkat di abad keenam dan ketujuh Masehi, sekelompok orang baru muncul entah dari mana. Mereka menaklukkan beberapa kota paling kuat di peradaban Maya kuno, dan membentuk kerajaan yang paling mirip dengan yang pernah ada di wilayah tersebut. Dinasti ini dikenal sebagai Kaanul, atau Dinasti Kepala Ular.

Nama Dinasti Kepala Ular diambil dari simbol hieroglifnya. Simbol ini menampilkan ular yang menyeringai.

Kerajaan Ular Maya kuno belum pernah terdengar hingga tahun 1960-an. Di periode dekade ini para arkeolog baru mulai menemukan simbol ular tersenyum ini terukir di kuil dan makam di seluruh hutan di wilayah Petén di Meksiko selatan dan Guatemala utara.

Pada dekade berikutnya, para peneliti menemukan reruntuhan Calakmul. Ini sebuah kota kuno raksasa yang pernah menampung sekitar 50.000 orang dan menjadi tempat kedudukan para raja ular.

Meskipun masih banyak yang belum diketahui tentang Kaanul, diperkirakan bahwa pemerintahan tersebut muncul di bawah bayang-bayang negara kota Tikal yang megah. Sebuah negara kota yang mendominasi wilayah tersebut sepanjang era peradaban Maya.

Namun, pada tahun 562 M, seorang raja ular yang dikenal sebagai Sky Witness memimpin pasukan ke Tikal dan mengorbankan penguasanya, Double Bird, sehingga mengakhiri supremasi negara adidaya yang terkenal di dunia ini.

Simbol kepala ular yang digunakan Dinasti Kepala Ular di era peradaban Maya kuno. (Alopeus via Wikimedia Commons)

Pada tahun 599, raja ular berikutnya bernama Scroll Serpent memperluas wilayah pengaruh Kaanul dengan mengalahkan kota Palenque yang kuat dan ratunya, Heart of the Windy Place. Tak lama setelah itu, raja ular tersebut mengambil gelar baru Kaloomte, yang diterjemahkan sebagai "Penguasa Tertinggi" atau "Raja Tertinggi".

Mungkin Kaloomte yang paling terkenal adalah Yuknoom Cheen II alias atau Yuknoom Agung. Dia mengkonsolidasikan kekuatan Kaanul melalui kombinasi diplomasi dan penindasan berdarah.

Misalnya, untuk mempertahankan aliansi penting, ia menikahkan putrinya Lady K’abel dengan raja kota El Perú-Waka' yang suka berperang. Raja kota ini bertempur di bawah simbol kelabang dan oleh karena itu digambarkan sebagai Kerajaan Kelabang.