Rupa-Rupa Pajak dalam Sejarah Manusia: dari Urine hingga Janggut

By Sysilia Tanhati, Senin, 15 April 2024 | 22:53 WIB
Pajak bukanlah fenomena baru. Faktanya, perpajakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu dalam sejarah manusia. (Norman de Garis Davies/CC0)

Pada puncak kejayaannya pada abad ke-15 dan ke-16, Kekaisaran Aztec kaya dan berkuasa berkat perpajakan. Sejarawan Michael E. Smith mempelajari sistem pemungutan pajak di Aztec. Ia menemukan bahwa sistem ini sangat rumit. Berbagai jenis barang dikumpulkan di berbagai tingkat pemerintahan.

Semua pajak disalurkan ke badan pemerintahan pusat Aztec, Triple Alliance. Di sana mereka menyimpan catatan yang cermat tentang siapa yang mengirim apa. Banyak dari catatan ini bertahan hingga saat ini. Yang paling terkenal ditemukan di Matrícula de Tributos. Daftar bergambar yang berisi piktograf. Daftar itu menunjukkan dengan tepat berapa banyak kulit jaguar, batu mulia, jagung, kakao, bola karet, emas batangan, madu, garam, dan tekstil. Semua itu dikumpulkan pemerintah setiap musim pajak.

Pajak fesyen Rusia

Meluasnya penggunaan koin dan mata uang memiliki dampak yang merata pada sistem perpajakan. Namun para penguasa tidak segan-segan menerapkan upaya perpajakan untuk mencapai tujuan mereka. Pada tahun 1698, reformis Rusia Peter yang Agung berusaha menjadikan Rusia menyerupai negara-negara “modern” di Eropa Barat. Kebersihan di Eropa Barat disamakan dengan modernisasi oleh Peter.

Setelah kembali ke Rusia, Peter memberlakukan pajak janggut pada warganya, yang menyukai janggut.

Tsar Peter dari Rusia memberlakukan pajak janggut pada warganya. (U.S. State Department)

Pria Rusia mana pun yang ingin menumbuhkan janggut harus membayar pajak. Petani membayar sedikit biaya, sedangkan bangsawan dan pedagang membayar hingga seratus rubel. Pria yang telah membayar pajak juga diharuskan membawa koin khusus ke mana pun mereka pergi. Hal itu untuk membuktikan bahwa mereka telah membayar pajak untuk hak istimewanya.

Pajak janggut yang diterapkan Peter Agung tidak bertahan lama. Catherine yang Agung mencabutnya pada tahun 1772.