Riwayat Benteng-Benteng Jawa: Berdiri karena Ketakutan Hindia Belanda

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Selasa, 16 April 2024 | 16:25 WIB
Benteng Van Der Wijck di Kebumen dibangun pada 1818 sebagai salah satu basis militer Hindia Belanda menghadapi ancaman serangan Inggris. Kekhawatiran yang melatarbelakangi penggunaan benteng ini karena hubungan Belanda dan Inggris yang semakin runyam pada 1830an. ()

Nationalgeographic.co.id—Belanda baru saja terbebas dari pengaruh Prancis pada Perang Napoleon (1803–1815) dengan bantuan sekutu-sekutunya: Prusia, Inggris, dan Rusia. Politik Belanda belum stabil, dan diperparah dengan proklamasi kemerdekaan Belgia pada 1830.

Bukannya mendukung Belanda, Inggris dan negara-negara lainnya diam-diam mengakui kemerdekaan Belgia dalam Konferensi London 1830.

Ahli sejarah Paul Hayes dalam Modern British Foreign Policy: The Nineteenth Century 1814-80 menjelaskan bahwa Inggris dan negara-negara lain punya alasan kuat. Inggris membutuhkan negara yang stabil secara politik dan ekonomi di dekat Prancis.

Di sisi lain, Inggris ingin melemahkan perekonomian Belanda yang merupakan adidaya ekonomi sebelum Perang Napoleon. Hal ini membuat hubungan Belanda dan Inggris alot.

Ditambah lagi, sebelumnya, Inggris menguasai beberapa koloni Belanda yang saat itu dikuasai Prancis, seperti Srilangka, Afrika Selatan, dan Hindia Belanda. Hanya segelintir koloni yang dikembalikan ke Belanda, salah satunya Hindia Belanda melalui Konvensi London 1816. Inggris bersikeras atas kekuasaannya di Srilangka dan Afrika Selatan.

Kealotan hubungan ini membuat Belanda menilai Inggris sebagai ancaman. Tidak hanya di negara induk, koloni Hindia Belanda harus bersiaga atas segala tindakan Inggris yang mungkin bisa saja menyerang dari Semenanjung Malaya.

Kekhawatiran Van den Bosch

Oleh karena itu, setelah Perang Jawa (1825–1830) dan Revolusi Belgia (1830), Raja Willem I mengangkat Johannes van den Bosch sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada 1830.

Van den Bosch punya reputasi yang baik untuk menjaga kedaulatan Belanda. Dia pernah menjabat sebagai Komisaris Jenderal di Hindia Barat (Suriname dan Curacao) selama 1827–1828. Selama penugasan, ia memperkenalkan konstitusi Belanda yang baru dan memperbaiki kondisi budak.

Ketika tiba di Jawa, dia segera memberlakukan Tanam Paksa (Cultuurstelsel). Kebijakan ini adalah cara agar ekonomi koloni Hindia Belanda pulih setelah pengurasan biaya pada Perang Jawa. Negara induk di Belanda pun tidak mungkin memberikan biaya yang besar pada koloni, karena posisinya terjepit akibat Revolusi Belgia.

Benteng Pendem Ambarawa atau Benteng Willem I merupakan rancangan Carel van der Wijck yang rampung 1845. Benteng ini dibangun sebagai tempat tahanan, mobilisasi tentara, dan penjagaan rute transportasi komoditas tanam paksa. (Jatengprov.go.id)

Hans Bonke, arkeolog dan sejarawan Belanda, dalam majalah Vitruvius mengungkapkan bahwa Van den Bosch mewanti-wanti Revolusi Belgia menjadi dalih Inggris untuk datang ke Jawa.