Anthony Gottlieb dalam The Dream of Enlightenment: The Rise of Modern Philosophy menyebut, Kant mengagumi filsafat Skotlandia David Hume dan filsuf Swis Jean-Jackques Rousseau. Bagi Kant, Hume telah membangunkannya dari "tidur dogmatisnya". Kecintaannya pada Rousseau juga dibuktikan dengan adanya gambar sosok sang filsuf di ruang kerjanya.
Selama mendalami filsafat, Kant baru menerbitkan karya pertamanya pada 1763, yakni The Only Possible Ground for Demonstration of the Existence of God. Lewat tulisan ini, Kant mempertanyakan argumen ontologis tentang Tuhan.
Kant berpendapat bahwa kemungkinan internal dari segala sesuatu bisa merujuk pada suatunya keberadaan di baliknya. "Oleh karena itu, pasti ada sesuatu yang ketiadaannya akan menadiakan segala kemungkinan internal apa pun," tulis Kant.
Setelah bertahun-tahun menelisik jawaban filosofis, Kant kembali ke subjek teologi pada 1790an. Dia membuat karya fenomenal bertajuk Agama di dalam Batas-Batas Rasio Murni pada 1793. Kant sangat keras mengkritik ritua, takhayul, dan hierarki gereja. Menurutnya, agama yang berlembaga menghalangi proses keagamaan atau spiritualitas manusia yang sebenar-benarnya.
Pengaruh Pemikiran Kant yang Meluas
Dari semua karyanya, beberapa di antaranya yang paling berkesan dalam filsafat adalah Kritik atas Nalar Murni (1781), Kritik atas Akal Budi Praktis (1788), Kritik atas Penilaian (1790), Menuju Perdamaian Abadi (1795). Karya-karya ini sangat berpengaruh dalam perubahan pemikiran di Eropa untuk berbagai aspek, mulai dari politik, sains, hingga etika.
"...saya yakin pengaruhnya terhadap pemikiran politik, misalnya, karya penting beliau, Menuju Perdamaian Abadi," terang Joschka Fischer, mantan Wakil Kanselir Jerman periode 1998-2005 dalam wawancara di DW.
"Ide-ide Kant, filsafat praktisnya, teori-teori etisnya seperti imperatif kategoris dan Kritik terhadap Nalar Murni memiliki pengaruh yang bertahan lama terhadap pemikiran Barat yang melampaui negara-negara berbahasa Jerman," lanjutnya.
Dalam bidang politik, Kant sangat membahas hukum moral. Berkat pemikiran ini, para politisi harus memandang dunia secara rasional dan berprinsip pada etika. Dengan demikian, politisi harus mempertimbangkan masyarakatnya yang bisa bertindak jika ada kebijakan politik yang tidak adil.
Masih ada banyak hal yang dipengaruhi oleh pemikiran Kant yang tidak bisa dijabarkan satu per satu dalam artikel kecil ini. Pemikirannya mendorong berbagai teori politik, fisika, biologi, dan teologi. Kant dikagumi berkat ragam pemikirannya yang mengubah berbagai aspek di Eropa.