Dipersatukan Dinasti Silla, Mengapa Korea Utara dan Selatan Terpecah?

By Sysilia Tanhati, Kamis, 25 April 2024 | 17:00 WIB
Korea dipersatukan oleh Dinasti Silla dan terus bertahan hingga era pemerintahan Dinasti Joseon. Namun mengapa sekarang terpecah menjadi Korea Selatan dan Utara? (Driedprawns/CC BY 2.5)

Nationalgeographic.co.id—Dalam sejarah dunia, Korea Utara dan Selatan pertama kali disatukan oleh Dinasti Silla pada abad ketujuh M. Di bawah pemerintahan Dinasti Joseon (1392–1910), keduanya berbagi bahasa dan budaya penting yang sama. Namun selama enam dekade terakhir dan lebih, Korea terpecah menjadi zona demiliterisasi yang dibentengi (DMZ).

Perpecahan tersebut terjadi ketika Jepang runtuh pada akhir Perang Dunia II. Amerika Serikat serta Uni Soviet dengan cepat membagi wilayah yang tersisa.

Korea setelah Perang Dunia II

Kisah ini dimulai dengan penaklukan Jepang atas Korea pada akhir abad ke-19. Jepang secara resmi mencaplok Semenanjung Korea pada tahun 1910. Kekaisaran Jepang memerintah Korea lewat kaisar boneka sejak kemenangannya pada Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada tahun 1895. Jadi, dari tahun 1910 hingga 1945, Korea adalah koloni Jepang.

Ketika Perang Dunia II hampir berakhir tahun 1945, Sekutu merasa harus mengambil alih administrasi wilayah pendudukan Jepang, termasuk Korea. Hal ini dilakukan hingga pemilu dapat diselenggarakan dan pemerintahan lokal dapat dibentuk.

Pemerintah Amerika Serikat menyadari bahwa mereka akan memerintah Filipina dan juga Jepang. “Karena itu, mereka enggan mengambil alih perwalian Korea,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco. Sayangnya, Korea bukanlah prioritas utama bagi Amerika Serikat. Sebaliknya, Soviet sangat bersedia untuk turun tangan dan mengambil alih wilayah yang telah dilepaskan oleh pemerintah Tsar setelah Perang Rusia-Jepang (1904–05).

Pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di Hiroshima, Jepang. 2 hari kemudian, Uni Soviet menyatakan perang terhadap Jepang dan menginvasi Manchuria. Pasukan amfibi Soviet juga mendarat di tiga titik di sepanjang pantai utara Korea. Pada 15 Agustus, setelah pemboman atom di Nagasaki, Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang, mengakhiri Perang Dunia II.

Amerika Serikat membagi Korea menjadi dua wilayah

Pejabat Amerika Serikut Dean Rusk dan Charles Bonesteel diberi tugas untuk menggambarkan zona pendudukan mereka di Asia Timur. Hal ini terjadi hanya 5 hari sebelum Jepang menyerah. Tanpa berkonsultasi dengan masyarakat Korea mana pun, mereka sewenang-wenang memutuskan untuk membagi Korea menjadi dua bagian sepanjang garis lintang ke-38. Mereka memastikan bahwa ibu kota Seoul—kota terbesar di semenanjung—berada di wilayah Amerika Serikat. Pilihan Rusk dan Bonesteel diabadikan dalam Perintah Umum No. 1, pedoman Amerika untuk memerintah Jepang setelah perang.

Pasukan Jepang di Korea utara menyerah kepada Soviet, sedangkan pasukan di Korea selatan menyerah kepada Amerika Serikat. Partai politik Korea Selatan dengan cepat membentuk dan mengajukan kandidat mereka serta berencana membentuk pemerintahan di Seoul.

Administrator perwalian dari Amerika Serikat dan Uni Soviet seharusnya mengatur pemilihan umum nasional untuk menyatukan kembali Korea tahun 1948.

“Namun tidak ada pihak yang mempercayai satu sama lain,” tambah Szczepanski. Amerika Serikat ingin seluruh semenanjung menjadi negara demokratis dan kapitalis. Sedangkan Uni Soviet ingin seluruh semenanjung menjadi komunis.