Jantung Peradaban, Singkap Peran Sungai Kuning dalam Sejarah Tiongkok

By Sysilia Tanhati, Jumat, 26 April 2024 | 15:57 WIB
Sungai Kuning adalah jantung peradaban dalam sejarah Tiongkok. Perairan dan tanah subur yang dimilikinya menghasilkan kelimpahan pertanian yang dibutuhkan untuk mendukung populasi Tiongkok yang sangat besar. (Fading/CC BY-SA 3.0)

Nationalgeographic.co.id - Banyak peradaban besar dunia tumbuh di sekitar sungai-sungai besar. Seperti Mesir di Sungai Nil, Kebudayaan Mississippi, Peradaban Lembah Indus di Sungai Indus. Sedangkan dalam sejarah Tiongkok, ada dua sungai besar yang berperang penting. Sunga-sungai itu adalah Yangtze (Sungai Panjang) dan Huang He (Sungai Kuning).

Dalam sejarah Tiongkok, Sungai Kuning dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban Tiongkok. Bagaimana sejarahnya?

Sungai Kuning, sang jantung peradaban

Sungai Kuning (Huang He) juga dikenal sebagai tempat lahirnya peradaban Tiongkok. Sungai Kuning merupakan sumber tanah subur dan air irigasi. Namun di sisi lain, sungai ini juga kerap berubah menjadi aliran deras yang menyapu seluruh desa. Akibatnya, Sunga Kuning juga mendapat beberapa julukan seperti "Kesedihan Tiongkok" dan "Momok Rakyat Han".

Selama berabad-abad, masyarakat Tiongkok memanfaatkan Sungai Kuning tidak hanya untuk pertanian tetapi juga sebagai jalur transportasi. “Bahkan sebagai senjata,” tulis Kallie Szczepanski di laman Thoughtco.

Sungai Kuning bermuara di Pegunungan Bayan Har di Provinsi Qinghai, Tiongkok barat-tengah. Sungai ini mengalir melalui sembilan provinsi sebelum mengalirkan lumpurnya ke Laut Kuning di lepas pantai Provinsi Shandong. Sungai ini merupakan sungai terpanjang keenam di dunia, dengan panjang sekitar 6.300 km.

Sungai Kuning mengalir melintasi Dataran Tinggi Loess di Tiongkok tengah, membawa banyak lumpur. Lumpur tersebutlah yang memberi warna pada air dan memberi nama pada sungai tersebut.

Sungai Kuning dalam sejarah Tiongkok kuno

Catatan sejarah peradaban Tiongkok dimulai di tepi Sungai Kuning pada Dinasti Xia, yang berlangsung dari tahun 2100 hingga 1600 SM.

Menurut Records of the Grand Historian dan Classic of Rites karya Sima Qian, sejumlah suku berbeda bersatu ke dalam Kerajaan Xia. Tujuannya untuk memerangi banjir dahsyat yang diakibatkan oleh sungai. Namun serangkaian pemecah gelombang gagal menghentikan banjir. Bangsa Xia menggali serangkaian kanal untuk menyalurkan kelebihan air ke pedesaan dan kemudian turun ke laut.

Mereka bersatu di belakang para pemimpin yang kuat. Kerajaan Xia pun menghasilkan panen yang melimpah karena banjir Sungai Kuning tidak lagi sering merusak tanaman. Kerajaan Xia memerintah Tiongkok tengah selama beberapa abad.

Dinasti Shang menggantikan Xia sekitar tahun 1600 SM dan juga berpusat di lembah Sungai Kuning. Didukung oleh kekayaan tanah dasar sungai yang subur, suku Shang mengembangkan budaya rumit. Mereka memiliki kaisar-kaisar yang berkuasa, ramalan menggunakan tulang ramalan, dan karya seni termasuk ukiran batu giok yang indah.