Mengapa Kisah Hantu Bertahan selama Ratusan Tahun dalam Budaya Jepang?

By Sysilia Tanhati, Sabtu, 27 April 2024 | 15:07 WIB
Dalam budaya Jepang, gambaran dan kisah tentang hantu bertahan selama ratusan tahun. Apa alasannya? (Utagawa Kuniyoshi)

Nationalgeographic.co.id - Suami Oiwa ingin menikah lagi dengan tetangganya yang kaya, namun istrinya masih hidup. Dia pertama kali mencoba meracuni Oiwa.

Alih-alih Oniwa tewas, racun tersebut malah membuatnya cacat parah. Kemudian, sang suami melemparnya ke sungai untuk ditenggelamkan.

Cara tersebut memang berhasil. Namun kemudian, ketika dia kembali ke sungai itu, hantu Oiwa muncul dari air dan mengikutinya ke mana pun dia melangkah.

Berabad-abad yang lalu, cerita hantu mempunyai resonansi yang besar di Kekaisaran Jepang. Cerita hantu kerap dituangkan dalam seni cetak balok kayu.

Kisah-kisah tersebut terus berkembang di Jepang hingga saat ini. Berangkat dari tradisi teater kabuki dan noh, seni cetak balok kayu terbukti sama populernya dengan pertunjukannya.

Kisah Oiwa, istri setia yang kembali sebagai hantu untuk menghantui suaminya yang pembunuh, diceritakan dalam produksi teater kabuki. Pada tahun 1825, kisah hantu Yotsuya diciptakan oleh Tsuruya Nanboku IV.

Hal supernatural telah lama menjadi bagian dari budaya Jepang. Namun periode Edo (1603-1868) dan teater kabuki memberikan keunggulan permanen pada genre ini. Penampilan di teater kabuki memberikan efek khusus yang kuat.

Kabuki, yang berasal dari zaman Edo, terkenal dengan pertunjukannya yang bergaya dan efek khusus yang rumit. Semua itu menjadikannya hiburan populer bagi khalayak luas.

“Entah itu trik di panggung dalam hal pintu jebakan, banyak alat peraga hingga darah sintetis. Alat-alat digunakan untuk menampilkan karakter yangterbang melintasi teater. Hal-hal ini jelas menunjukkan kehadiran hantu,” tulis Roger Catlin di laman Smithsonian Magazine.

Produksi teater kabuki juga menampilkan api roh atau api yang menandakan kehadiran hantu. Kabuki tentu sangat menghibur masyarakat Jepang.

Hantu juga menonjol dalam teater noh sejak berabad-abad yang lalu dan ditujukan untuk penonton yang lebih elite dan cerdas.

Noh dimulai pada abad ke-14 tetapi sudah ada jauh lebih awal untuk melakukan ritual panen dan hiburan di kuil-kuil. Ritual tersebut melibatkan tarian, nyanyian, dan karakter menggunakan topeng kayu yang rumit.