Hari Buruh: Kisah Pilu Pekerja Anak dalam Ingatan Sejarah Dunia

By Galih Pranata, Rabu, 1 Mei 2024 | 10:00 WIB
Buruh-buruh cilik memetik udang di Biloxi Canning Company di Biloxi, Mississippi. Banyak di antara anak-anak itu memiliki risiko tinggi dalam pekerjaannya dan dikenang dalam ingatan sejarah dunia. (Lewis W.Hine (1911))

Hine juga memotret berbagai pekerjaan di pabrik, mulai dari penggilingan hingga produksi banjir. Dia menemukan anak-anak ini sedang menghubungkan per tempat tidur, sebuah inovasi kenyamanan kasur yang dipatenkan pada tahun 1969.

Buruh-buru cilik bekerja di bagian dalam sebuah pabrik di Boston pada tahun 1917. Meskipun catatannya biasanya sangat teliti, keterangan Hine tidak memiliki jumlah catatan rinci yang dimiliki entri lainnya.

Anak-anak ini menghubungkan per kawat dan menariknya ke rangka tempat tidur. Mereka bekerja dengan pegas kawat tajam dengan peralatan halus dan tanpa pelindung tangan. Sebuah ironi harus mempertaruhkan keselamatan kerja anak di bawah umur kala itu.

Dalam perjalanan Hine yang lain, ia menyambangi perusahaan menambang batubara antrasit, batubara metamorf yang hampir mengandung karbon murni. Buruh-buruh cilik yang bekerja di sana disebut juga dengan “Breaker Boys.”

Tugas mereka adalah menghilangkan kotoran (batu tulis dan bahan lain yang tidak diinginkan) dari batubara sebelum mengirimkannya ke tujuan berikutnya. Anak-anak laki-laki yang dipekerjakan itu duduk di ruang terbatas ini selama berjam-jam.

"Mereka memunguti batu bara yang meluncur di atas ban berjalan dari alat pemecah batu," sambung Aimee Heidelberg.

Hine melaporkan juga dalam catatan perjalanannya itu bahwa debu yang dihasilkan dari batubara terkadang sangat tebal hingga mengaburkan pandangan anak-anak itu. Dikhawatirkan debu itu bisa menembus hingga ke dalam paru-paru anak.

Terdapat seorang pengawas yang disebut sebagai "supir budak" yang bertugas untuk berdiri di depan para buruh cilik. Ironinya, tugas mereka mendorong anak-anak itu dengan tongkat atau menendang mereka agar patuh dan terus bekerja.

Frank Wiegel mengalami kecacatan dengan kehilangan dua jarinya saat bekerja menjadi buruh di usia kanaknya. (Library of Congress)

Ada pula kisah pilu seorang anak bernama Frank Wiegel. Ia bekerja dalam shift panjang di pabrik Henry Bosch Paper Company, produsen buku contoh wallpaper. Pada pukul 1:55 pagi, dia tertidur akibat kelelahan.

Ironinya, dalam kondisi lelah dan tidak sadar itu, dia masih dalam kondisi bekerja. Tidak sengaja tangannya menekan pedal kontrol untuk menghidupkan mesin di dekatnya. Alhasil, tangannya hancur di dalam mesin.

Baca Juga: Hiburan Rakyat dan Sisi Gelap Tari Ronggeng dalam Sejarah Subang