Revolusi Abbasiyah: Berjuang Menuju Era Baru
Di tengah krisis Bani Umayyah, muncullah Gerakan Abbasiyah, yang mengambil nama dari paman Nabi Muhammad SAW, Al-Abbas.
Gerakan ini bercita-cita membangun sistem yang lebih ideal bagi umat Islam, dengan mengklaim Daulah Abbasiyah sebagai penerus sah Nabi Muhammad.
Janji-janji Abbasiyah menarik simpati banyak pihak, termasuk orang Arab yang dirugikan Umayyah, faksi Yaman, Mawalli, Khawarij, dan Syiah.
Mereka mendukung Abdul Abbas As-Saffah, keturunan paman Nabi Muhammad, untuk memimpin revolusi dan mewarisi kekuasaan.
Peran Kunci Abu Muslim Al Khurasani
Salah satu tokoh penting dalam Revolusi Abbasiyah adalah Abu Muslim Al Khurasani.
Direkrut sebagai agen propaganda dan panglima perang, Abu Muslim memainkan peran sentral dalam menarik simpati rakyat Khurasan dan menggalang kekuatan politik.
Pada tahun 746, Abu Muslim memimpin pemberontakan di Merv (sekarang Turkmenistan), menguasai wilayah seperti Herat, Balkh, Tukharistan, Tirmidh, Samarqand, dan Bukhara.
Puncaknya, pada tahun 750, terjadi Pertempuran Zab yang menandai runtuhnya Bani Umayyah.
Khalifah terakhir, Marwan II, terbunuh di Mesir, dan Abdul Abbas As-Saffah resmi memimpin Daulah Abbasiyah sebagai khalifah pertama.
Baca Juga: Awal Lahirnya Kekaisaran Ottoman: Dari Kota Kecil Jadi Imperium Besar
Revolusi Abbasiyah menjadi bukti bahwa kemuakan rakyat terhadap sistem yang tidak adil dan tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam dapat melahirkan perubahan besar.
Lahirnya Daulah Abbasiyah menandai era baru dalam sejarah Islam, membawa harapan akan keadilan, kemakmuran, dan kejayaan peradaban.
Pemahaman tentang latar belakang berdirinya Daulah Abbasiyah ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang sejarah Islam dan bagaimana kemuakan rakyat dapat menjadi pendorong perubahan.