Legenda Dido dari Kartago, Putri Mediterania yang Menjadi Ratu Afrika

By Tri Wahyu Prasetyo, Senin, 6 Mei 2024 | 16:05 WIB
Ratu Dido dan Aeneas, lukisan dinding Romawi kuno. (Tetraktys/Public Domain)

Sang raja dikatakan sebagai manusia setengah dewa, karena ayahnya adalah Jupiter, sementara ibunya adalah seorang peri Garamantin. Oleh karena itu, dia berdoa kepada ayahnya untuk mengadukan Dido dan Aeneas.

Jupiter menjawab doa putranya dengan mengirim Merkurius untuk mengingatkan Aeneas akan takdirnya dan mempersiapkannya menghadapi petualangannya.

Ratu Dido Patah Hati

Aeneas beserta anak buahnya dipaksa untuk meninggalkan Kartago secara diam-diam. Ketika Dido mengetahui hal ini, tentu dia sangat sedih.

Ketika dia melihat kapal-kapal Troya berlayar pergi, dia mengutuk mereka, bersumpah akan ada permusuhan abadi antara keturunannya dan keturunan Aeneas. Hal ini dipandang sebagai ramalan untuk persaingan antara Kartago dan Roma, serta Perang Punisia yang akan terjadi antara kedua kekuatan tersebut.

Sang ratu kemudian memerintahkan agar sebuah tumpukan kayu bakar disiapkan, agar ia dapat membakar semua benda yang ditinggalkan Aeneas. Setelah selesai, dia naik ke atas tumpukan kayu, berbaring di sofa yang ia gunakan bersama Aeneas, dan bunuh diri dengan pedang yang diberikan Aeneas kepadanya.

“Kisah Dido telah memikat banyak generasi. Kisahnya tidak hanya diwakili oleh para penulis dan penyair pada masa Klasik, namun juga oleh para seniman dari masa-masa selanjutnya,” pungkas Wu.