Nationalgeographic.co.id—Pernahkah Anda melihat komet yang melintas di langit malam dengan ekornya yang panjang dan indah?
Pernahkah Anda bertanya-tanya mengapa arah ekor komet selalu menjauhi Matahari?
Pertanyaan ini mungkin muncul di benak banyak orang ketika mereka melihat fenomena alam yang menakjubkan ini.
Artikel ini akan mengupas tuntas rahasia di balik fenomena menarik tersebut, dengan menjelaskan beberapa faktor yang berperan dalam pembentukan ekor komet dan bagaimana hal itu memengaruhi arahnya.
Komet, sering disebut sebagai "bola salju kotor" antariksa, adalah benda langit yang terbuat dari es, gas, debu, dan sedikit material organik.
Objek ini mengorbit Matahari kita dalam jalur elips yang sangat lonjong.
Saat komet bergerak mendekati Matahari, wujudnya yang semula hanya bongkahan es dan debu di kejauhan mulai berubah.
Es pada inti komet mulai mengalami sublimasi, yaitu perubahan wujud langsung dari padat menjadi gas, tanpa melalui fase cair.
Proses sublimasi ini melepaskan gas dan debu yang kemudian membentuk "atmosfer" di sekitar inti komet, yang disebut koma.
Material dari koma inilah yang kemudian terdorong oleh angin Matahari dan radiasi tekanan sinar Matahari, sehingga membentuk ekor komet yang selalu menjauhi Matahari.
Bagaimana proses terjadinya fenomena ini dan apa saja faktor yang memengaruhinya? Temukan jawabannya dalam artikel ini.
Baca Juga: Mengapa Planet-planet dalam Tata Surya dapat Mengelilingi Matahari Sesuai dengan Orbitnya?
Komposisi Komet dan Reaksi terhadap Panas Matahari
Komet terdiri atas inti (nucleus) yang padat dan berpori, tempat bersemayam gas dan debu beku.
Inti ini berukuran sekitar 1 sampai 10 kilometer dan mengandung es yang terbentuk dari berbagai macam zat, seperti air, karbon dioksida, amonia, dan metana.
Debu yang menyertainya mungkin mengandung hidrogen, oksigen, karbon, nitrogen, silika, dan beberapa jenis logam.
Ketika komet bergerak makin dekat dengan Matahari, jaraknya yang sebelumnya sekitar 450 juta kilometer mulai berkurang.
Seiring dengan berkurangnya jarak tersebut, komet pun turut memanas.
Akibat panas Matahari, es pada inti komet mulai mengalami sublimasi, yaitu perubahan wujud langsung dari padat menjadi gas, tanpa melalui fase cair.
Proses sublimasi ini melepaskan gas (terdiri dari uap air, karbon monoksida, karbon dioksida, dan sedikit zat lain) serta debu yang kemudian membentuk "atmosfer" di sekitar inti komet. Gas dan debu yang terlepas ini dinamakan koma (coma).
Pengaruh Angin Matahari Lahirnya Ekor Komet
Seperti dilansir dari The Lunar and Planetary Institute’s, Matahari tak hanya memancarkan cahaya dan panas, tetapi juga aliran konstan gas dan partikel bermuatan listrik yang disebut angin Matahari.
Angin Matahari ini berhembus dengan kecepatan mencapai 350 kilometer per detik.
Baca Juga: Dari Manakah Energi Matahari Dihasilkan? Cukup untuk 10 Miliar Tahun?
Material yang keluar dari inti komet yang disebut koma tadi, oleh hembusan angin Matahari, akan terdorong ke arah berlawanan dengan Matahari.
Material gas yang terionisasi (bermuatan listrik) oleh paparan sinar ultraviolet Matahari akan terpengaruh kuat oleh hembusan angin Matahari.
Akibatnya, material gas terionisasi ini akan terdorong ke arah yang menjauhi Matahari dan membentuk ekor plasma yang panjang dan lurus.
Sementara itu, debu yang lebih berat dan tidak bermuatan listrik tidak terlalu terpengaruh oleh hembusan angin Matahari.
Debu ini terdorong ke belakang oleh radiasi tekanan sinar Matahari, sehingga membentuk ekor debu yang melengkung dan berarah menjauh dari Matahari.
Mengapa Ekor Komet Selalu Menjauhi Matahari?
Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bahwa arah hembusan angin Matahari dan radiasi tekanan sinar Matahari berperan penting dalam menentukan arah ekor komet.
Ekor plasma yang terdiri dari gas terionisasi terdorong langsung oleh hembusan angin Matahari, sehingga arahnya selalu menjauhi Matahari, tak peduli ke arah mana komet sedang bergerak dalam orbitnya.
Sementara itu, ekor debu yang lebih terpengaruh oleh radiasi tekanan sinar Matahari juga terdorong ke arah berlawanan dengan Matahari, sehingga arahnya pun selalu menjauhi Matahari.
Fenomena ekor komet yang selalu menjauhi Matahari merupakan hasil dari interaksi antara material penyusun komet dengan angin Matahari dan radiasi tekanan sinar Matahari.
Ekor plasma dan ekor debu yang terbentuk terdorong ke arah berlawanan dengan Matahari, sehingga terlihat seolah-olah selalu menjauhi Matahari.
Pemahaman tentang fenomena ini membantu para ilmuwan untuk mempelajari lebih dalam tentang komposisi komet dan proses-proses yang terjadi di dalamnya.
Dengan memahami mengapa arah ekor komet selalu menjauhi Matahari, kita dapat lebih mengapresiasi keindahan dan keunikan fenomena alam ini.
Fenomena ini menjadi pengingat akan keagungan alam semesta dan masih banyak misteri yang menunggu untuk diungkap.