Nationalgeographic.co.id—Selama ada perang, selalu ada kebutuhan untuk mengungkapkan apa yang direncanakan musuh. Hal ini juga terjadi di Yunani kuno di mana para jenderal dan para pemimpin mengandalkan spionase untuk mengungkapkan rencana dan kemampuan musuh mereka.
Filsuf Plato percaya bahwa negara-negara Yunani kuno berada dalam keadaan perang yang konstan, baik diumumkan maupun tidak. Di dalam zona abu-abu inilah seluk-beluk spionase terjadi.
Seperti halnya praktik mata-mata itu sendiri, sumber-sumber mengenai spionase di Yunani kuno samar-samar.
Namun demikian, menurut Alexander Gale, dilansir dari laman Greek Reporter, ada cukup bukti untuk melukiskan gambaran yang menarik tentang pengumpulan intelijen rahasia di seluruh zaman kuno Yunani.
Spionase dalam Illiad dan Odyssey
Kesejarahan karya Homer tentang Perang Troya masih menjadi perdebatan, tetapi menurut pendapat para sejarawan, konflik itu terjadi pada Zaman Perunggu di situs arkeologi yang saat ini diidentifikasi sebagai Troya Kuno.
Homer menyinggung tindakan spionase dalam Iliad dan Odyssey. Catatan penyair ini sangat berguna karena mengungkap tindakan mata-mata yang dilakukan di Yunani kuno.
Dalam Iliad, sebagaimana Gale jabarkan, Homer menggambarkan Odiseus dan Diomedes memulai misi pengintaian pada suatu malam untuk mengetahui lebih lanjut tentang rencana Tentara Troya.
Pada malam yang sama, seorang tentara Troya bernama Dolon berjanji kepada Hector bahwa dia akan memata-matai orang-orang Yunani dan menyusup ke perkemahan mereka. Dia berangkat dengan mengenakan bulu serigala, topi dari kulit musang, dan busur.
Sayangnya, Dolon ditangkap oleh Odiseus dan Diomedes. Kedua pahlawan Yunani itu berjanji untuk mengampuni nyawanya sebagai imbalan atas informasi intelijen tentang Troya.
Dengan senang hati, tawaran tersebut disanggupi oleh Dolon dengan keyakinan bahwa dia akan lolos dari penangkapan itu tanpa cedera.
Baca Juga: Sejarah Dunia: Mengapa Tidak Ada Penjara dalam Peradaban Yunani Kuno?
“Odiseus dan Diomedes menemukan banyak informasi intelijen yang berguna, tetapi mengingkari kesepakatan mereka dan memenggal kepala Dolon,” kata Gale.
Homer juga merujuk pada spionase dalam Odyssey. Dalam sebuah adegan, Helen menceritakan bagaimana Odiseus menyusup ke Troy dengan menyamar sebagai seorang budak.
Dengan penyamaran ini,Odiseus bisa mendapatkan informasi intelijen yang berguna bagi para prajurit Yunani yang menyerbu.
Memata-matai di Yunani Kuno: Dari Athena ke Makedonia
Dalam sebuah makalah akademis yang diterbitkan di jurnal Greece & Rome, sejarawan J. A. Richmond menjelaskan bagaimana mata-mata digunakan dalam berbagai skenario di Yunani kuno.
Orang Yunani kuno memahami pentingnya informasi dalam peperangan. Sebagai contoh, pada pertengahan abad keempat sebelum masehi, Aeneas Tacitus, seorang penulis militer Yunani yang terkenal, menekankan pentingnya apa yang sekarang kita kenal sebagai Intelijen Militer.
Dia menekankan peran penting dari memiliki pengetahuan yang luas tentang geografi negara sendiri dalam melakukan perang pertahanan secara efektif.
Menurut Richmond, orang-orang Yunani kuno memperoleh intelijen melalui berbagai metode, meskipun kegiatan mata-mata dilakukan jauh lebih informal daripada yang dilakukan oleh badan-badan intelijen nasional saat ini.
Pelabuhan adalah tempat yang sangat baik untuk mendapatkan informasi dan intelijen. Sementara para pedagang adalah salah satu orang yang paling sering bepergian di zaman kuno dan membawa berita dari daerah yang jauh. DI sisi lain, duta besar asing juga bisa menjadi sumber yang berharga.
Mereka yang tertangkap memata-matai dapat menghadapi hukuman berat. Mata-mata musuh di Athena biasanya disiksa dan dieksekusi.
Seorang pria, Anaxinus, yang mengaku berada di Athena untuk membeli barang untuk ratu Makedonia didakwa melakukan spionase dan dihukum mati.
Baca Juga: Dimakan Ayahnya saat Lahir, Dewi Yunani Hestia Memilih Tetap Perawan Demi Hal Ini
Mata-mata mungkin juga melakukan sabotase. Bertindak sebagai agen untuk Raja Philip II dari Makedonia, Antiphon, berusaha membakar gudang senjata Athena di Piraeus. Antiphon tertangkap dan dihukum mati karena percobaan pembakaran.
Spionase dan Pengintaian yang digunakan oleh Aleksander Agung
Aleksander Agung kemungkinan besar mewarisi pemahaman tentang spionase dan cara-cara rahasia dari ayahnya, Philip. Dia menggunakan agen dan penyuapan untuk menyusup serta merusak Athena.
Menurut Plutarch, Aleksander muda sangat tertarik untuk menanyai para duta besar Persia yang mengunjungi kerajaan ayahnya.
“Sejak usia muda, pikirannya sudah selaras dengan dimensi perang, dan dia bertanya kepada para duta besar tentang panjang jalan di Asia Kecil dan keterampilan raja Persia sebagai komandan,” kata Gale.
Seperti yang ditunjukkan oleh sejarawan D. Engles, sumber-sumber kuno tentang sistem intelijen Aleksander yang sayangnya terpisah-pisah dan tidak jelas.
Sulit untuk menentukan prosedur apa yang digunakan mata-mata, pengintai, dan agen Aleksander untuk mengungkap informasi intelijen.
Namun demikian, Egnles berpendapat bahwa Aleksander mengirim utusan diplomatik ke negara-negara tetangga untuk mendapatkan intelijen tingkat strategis sebelum melakukan operasi militer. Dia juga menginterogasi para pejabat tinggi dari negara-negara tersebut untuk mendapatkan lebih banyak informasi sebelum melancarkan invasi.
Dalam hal intelijen taktis selama operasi, Aleksander mengandalkan berbagai sumber, seperti pemandu lokal dan pengintai pribadinya. Sama pentingnya untuk mengungkap geografi tanah untuk tujuan logistik seperti halnya menemukan komposisi pasukan musuh sebelum pertempuran.