Nationalgeographic.co.id—Menyambut Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia yang diperingati setiap tanggal 22 Mei, Biodiversity Warriors (BW) Yayasan KEHATI melakukan pengamatan dan pendataan flora dan fauna perkotaan. Pengamatan ini berlangsung di Kawasan Tebet Eco Park Jakarta Selatan pada Rabu, 15 Mei 2024.
Selain di Ruang Terbuka Hijau (RTH) di DKI Jakarta, kegiatan yang rutin diadakan BW KEHATI setiap tahun ini juga pernah dilakukan di kota-kota lain seperti Bandar Lampung, dan Pontianak. Selain melakukan pendataan keanekaragaman hayati, kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, khususnya generasi muda yang tinggal di kawasan perkotaan.
“Selain di habitat alami dan kawasan konservasi, Yayasan KEHATI melalui gerakan Biodiversity Warriors juga aktif melakukan kampanye program pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan perkotaan. Kegiatan ini melibatkan banyak elemen terkait mulai dari kampus, komunitas muda, lembaga penelitian, LSM lingkungan, begitu juga kementerian dan pemerintah daerah,” ujar Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan KEHATI, Rika Anggraini.
Dalam kegiatan pengamatan dan pendataan kali ini, lokasi Tebet Eco Park dipilih profil keanekaragaman hayatinya. Berdasarkan data Profil Keanekaragaman Hayati Provinsi DKI Jakarta 2023, Tebet Eco Park memiliki jumlah jenis burung terbanyak, bersama Hutan Kota Monas, yaitu sebanyak 25 jenis burung.
Pendataan jenis burung sangat penting karena menggambarkan kondisi habitat, vegetasi, lingkungan, dan aktivitas manusia. Selain itu keberadaan burung juga sangat penting karena avifauna ini berperan dalam mengontrol populasi serangga hama.
“Melindungi keanekaragaman hayati di wilayah perkotaan sangat penting. Selain menjaga ekosistem perkotaan, jasa lingkungan yang diberikan dapat memberikan kualitas hidup yang lebih baik bagi masyarakat," papar Rika.
"Tentunya ini adalah tantangan yang tidak mudah karena dilakukan di area yang lebih kecil dengan jumlah penduduk yang jauh lebih padat dengan segala aktivitasnya yang lebih kompleks,” tegasnya lagi.
Keanekaragaman hayati dapat membentuk membentuk kota yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim. Pohon-pohon dan vegetasi di kota membantu mengurangi efek panas perkotaan (urban heat island effect), yakni mengurangi suhu udara dan energi, yang diperlukan untuk pendinginan.
Selain itu, beragam jenis tanaman yang tumbuh dapat meningkatkan ketahanan ekosistem terhadap perubahan suhu yang ekstrem.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan pada tahun 2020 telah mencapai 57,3 persen dari jumlah populasi yang ada. BPS memperkirakan jumlah penduduk yang tinggal di perkotaan akan mencapai 66,6 persen pada tahun 2035 mendatang.
Baca Juga: Nasib Keanekaragaman Hayati Indonesia Bakal Ditentukan Lewat IBSAP