Melansir Encyclopedia Britannica, Perang Salib pertama (1095-1099) diprakarsai oleh Paus Urbanus II dengan seruannya yang membangkitkan semangat religiousitas umat Kristen.
Pasukan Kristen berhasil merebut Yerusalem dan mendirikan Kerajaan Latin di Palestina.
Namun, gejolak perang tak berhenti di situ. Delapan perang salib berikutnya dilancarkan, dengan pasang surut kemenangan dan kekalahan di kedua belah pihak.
Pada akhirnya, Perang Salib kedelapan (1271-1291) menandai berakhirnya era dominasi Kristen di Tanah Suci. Pasukan Muslim berhasil merebut kembali Yerusalem dan mengusir kaum Kristen.
Perang Salib meninggalkan jejak sejarah yang kelam, dengan korban jiwa yang tak terhitung dan luka permusuhan yang mendalam.
Latar Belakang (Sebenarnya) Perang Salib
Meskipun agama menjadi dalih utama, Perang Salib tak lepas dari motif lain yang tak kalah penting. Motif-motif ini, bagaikan benang kusut, menjalin kompleksitas di balik gejolak perang.
1. Motif Agama
Umat Kristen di Eropa dilanda ketakutan akan hilangnya akses ke Yerusalem, kota suci bagi mereka.
Dinamika politik dan kebijakan baru di wilayah Muslim dianggap sebagai ancaman terhadap kebebasan beribadah.
Paus Urbanus II, pemimpin Gereja Katolik, memainkan peran sentral. Ia mengobarkan semangat Perang Salib dengan menjanjikan pengampunan dosa bagi para pejuang yang gugur.
Baca Juga: Godfrey dari Bouillon, Kisah Salah Satu Pemimpin Perang Salib Pertama