Yasuke, Kisah Unik Samurai Kulit Hitam Pertama di Kekaisaran Jepang

By Sysilia Tanhati, Minggu, 19 Mei 2024 | 10:30 WIB
Sebagai samurai berkulit hitam pertama di Kekaisaran Jepang, Yasuke berada di sisi Nobunaga ketika tuannya itu meninggal. Bagaimana kisahnya? Bagaimana ia bisa menjadi seorang samurai di Kekaisaran Jepang? (Public Domain)

Nationalgeographic.co.id - Pada tahun 1582, ratusan prajurit tewas di dekat Kuil Honnoji di Kyoto. Api menyelimuti area sekitar reruntuhan. Di dalam kuil, seorang samurai berkulit hitam bernama Yasuke melakukan percakapan menegangkan dengan daimyo Kekaisaran Jepang, Oda Nobunaga.

Saat itu Nobunaga pasrah dengan nasibnya. Meski demikian, Yasuke tetap berharap mereka dapat menghindari musuh dan hidup untuk terus melakukan pertempuran.

“Yang tersisa bagiku hanyalah kematian yang terhormat,” Nobunaga memberitahu Yasuke. Daimyo itu menusukkan pedang ke perutnya sendiri. Ia menyelesaikan ritual bunuh diri seppuku.

Yasuke adalah seorang pejuang Afrika yang dipekerjakan oleh Nobunaga. Dalam sejarah Kekaisaran Jepang, Nobunaga adalah penguasa feodal kuat yang dikenal sebagai “Pemersatu Besar”. Ia berjuang selama periode Sengoku di Kekaisaran Jepang.

Sebagai samurai kulit hitam pertama di Kekaisaran Jepang, Yasuke berada di sisi Nobunaga ketika tuannya itu meninggal. “Menurut pengetahuan populer, Nobunaga menugaskan Yasuke untuk mengembalikan kepalanya kepada putranya,” tulis Jacquelyne Germain di laman Smithsonian Magazine.

Di luar hubungannya dengan panglima perang terkenal, Yasuke adalah sosok penting dalam sejarah Kekaisaran Jepang. Meskipun kehidupannya tidak terdokumentasi dengan baik, kisahnya menunjukkan hubungan budaya mengejutkan yang ada di Kekaisaran Jepang pada abad ke-16.

“Yasuke melintasi hambatan geografis, budaya, dan bahasa untuk menciptakan kehidupan baru di negeri asing,” kata Natalia Doan, sejarawan di Universitas Oxford.

Siapa Yasuke?

Tidak banyak yang diketahui tentang kehidupan awal Yasuke. Beberapa sejarawan berspekulasi dia lahir di Mozambik, Ethiopia, atau Nigeria. Thomas Lockley, salah satu penulis African Samurai: The True Story of Yasuke, a Legendary Black Warrior in Feudal Japan, mengatakan mungkin saja Yasuke adalah budak. Ia mungkin diperdagangkan saat masih anak-anak.

Lockley yakin Yasuke sudah bebas saat bertemu Alessandro Valignano, seorang misionaris Jesuit Italia. Duo ini melakukan perjalanan dari India ke Jepang pada tahun 1579, dengan Yasuke pada dasarnya bertugas sebagai pengawal Valignano.

Alessandro Valignano, seorang misionaris Jesuit Italia, melakukan perjalanan dari India ke Jepang pada tahun 1579. Saat itu Yasuke bertugas sebagai pengawal Valignano. (Public Domain)

Yasuke dipekerjakan untuk menjadi “senjata” karena misionaris tidak diperbolehkan memiliki senjata. “Kekaisaran Jepang pada saat itu sedang berada di tengah-tengah perang saudara yang brutal. Oleh karena itu Valignano membutuhkan seseorang untuk menjaganya,” tambah Lockley.

Perang saudara tersebut dimulai pada tahun 1467 dengan runtuhnya Keshogunan Ashikaga. Peristiwa itu menyebabkan para penguasa feodal bersaing untuk menguasai Kekaisaran Jepang. Bentrokan ini berlanjut hingga pertengahan tahun 1500-an. Saat itu Nobunaga mengonsolidasikan kekuasaan dengan menyatukan separuh kekaisaran di bawah rezimnya yang kejam.

Yasuke pertama kali bertemu dengan Nobunaga pada tahun 1581. Valignano meminta izin dari panglima perang untuk meninggalkan Kekaisaran Jepang. Hal ini merupakan praktik yang biasa dilakukan di era sebelum paspor, menurut Lockley.

Nobunaga terpesona dengan warna kulit Yasuke yang awalnya ia yakini ditutupi cat hitam. Seperti yang dijelaskan Lockley, daimyo memerintahkan Yasuke untuk dimandikan. Namun warna kulitnya tetap tidak berubah. Nobunaga mengadakan pesta selamat datang untuk tamunya, yang segera resmi bergabung dengannya.

The Chronicle of Lord Nobunaga, sebuah buku abad ke-17 yang ditulis oleh salah satu pengikut Nobunaga, menggambarkan Yasuke berusia 26 atau 27 tahun. “Pria ini terlihat tegap dan memiliki sikap yang baik. Terlebih lagi, kekuatannya yang luar biasa melampaui 10 orang.”

Kronik lain mencirikan samurai sebagai sosok yang cerdas dan mengesankan yang tingginya lebih dari 180 cm. Meskipun Yasuke sudah menjadi pejuang yang terampil, kemungkinan besar dia menjalani pelatihan seni bela diri tambahan. Pelatihan itu dilakukan setelah ia bergabung dengan pasukan Nobunaga.

Kisah Yasuke adalah contoh pertemuan transnasional yang menarik dan tak terduga yang terjadi dalam sejarah Kulit Hitam dan Kekaisaran Jepang. ( Anthony Azekwoh)

Di Kekaisaran Jepang pada abad ke-16, gelar samurai mengacu pada pangkat. Gelar ini secara longgar didefinisikan sebagai prajurit yang mengabdi pada tuan atau prajurit lainnya. Pada tahun 1581, Nobunaga mempekerjakan ribuan samurai. Yasuke adalah prajurit kelahiran asing pertama yang masuk dalam barisan mereka. Dia termasuk dalam “rombongan kecil di sekitar Nobunaga, yang mungkin berjumlah sekitar 30 hingga 50 pejuang.

Yasuke adalah satu-satunya samurai berkulit hitam di pasukan Nobunaga. Akan tetapi dia bukanlah satu-satunya orang Afrika yang muncul di Kekaisaran Jepang pada saat itu. “Beberapa ratus orang Afrika tinggal di Kekaisaran Jepang pada abad ke-16,” kata Doan. “Mereka bekerja sebagai penerjemah, tentara, atau penghibur.

Menurut Lockley, Nobunaga adalah orang kuat yang hanya sedikit orang yang mau menantangnya. Jadi keputusannya untuk mempekerjakan Yasuke tidak mendapatkan perlawanan. Faktanya, samurai tersebut terbukti cukup populer di kalangan penduduk setempat. Mereka berbondong-bondong untuk melihatnya sekilas.

Perjuangan terakhir Yasuke sebagai samurai di Kekaisaran Jepang

Yasuke bergabung dengan Nobunaga selama bulan-bulan terakhir perjuangan penyatuan tuan tanah feodal.

“Strateginya adalah memaksakan perdamaian dengan kekuatan senjata,” kata Lockley. “Dia akan dengan senang hati melenyapkan 10.000 orang jika menurutnya hal itu akan mencapai tujuan perdamaian.”

Nobunaga hampir menyelesaikan tujuannya untuk mengonsolidasikan kendali atas Kekaisaran Jepang. Namun usahanya tiba-tiba terhenti setelah salah satu jenderal kepercayaannya, Akechi Mitsuhide, mengkhianatinya. Pada tanggal 21 Juni 1582, Mitsuhide menyergap Nobunaga di Kyoto saat mereka sedang dalam perjalanan untuk sebuah pertempuran. Mitsuhide mempunyai ribuan pasukan di bawah komandonya; Nobunaga hanya ditemani sekitar 30 orang, termasuk Yasuke.

“Mitsuhide membawa 13.000 tentara ke Kyoto dan mengepung kuil tempat Nobunaga tinggal,” kata Lockley. Kekalahan Nobunaga sudah di depan mata.

Pasukan Mitsuhide membantai banyak samurai di rombongan Nobunaga selama penyergapan awal. Akhirnya, Nobunaga, Yasuke dan seorang pelayan bernama Mori Ranmaru mundur ke salah satu ruangan kuil. Di sinilah Nobunaga melakukan seppuku, menggunakan pedang untuk mengiris perutnya sebelum Ranmaru memenggal kepalanya. Ranmaru kemudian juga melakukan seppuku, meminta Yasuke, untuk memenggal kepalanya.

“Jika Anda memang ingin mati, sebaiknya Anda mati lebih cepat, dengan tangan Anda sendiri, dan tetap mendapat kehormatan,” kata Lockley.

Setelah Nobunaga dan Ranmaru mati, Yasuke melarikan diri dari kuil dengan kepala tuannya di belakangnya. Dengan melindungi jenazah Nobunaga, Yasuke tidak memberikan kesempatan Mitsuhide untuk merebut kepala musuhnya. Memamerkan kepala musuh adalah cara untuk membangun legitimasi dan kekuasaan.

“Alasan di balik pengkhianatan Mitsuhide terhadap Nobunaga adalah salah satu misteri besar sejarah Jepang,” kata Doan. “Ada banyak cerita—tidak semuanya dapat diverifikasi secara historis—tentang apa yang menyebabkan Insiden Honnoji.”

Tidak banyak yang diketahui tentang nasib Yasuke setelah penyergapan tersebut. Menurut Lockley, dia mungkin terluka parah dan ditangkap sebagai salah satu orang terakhir yang selamat dari lingkaran dalam Nobunaga. Catatan terakhir yang diketahui tentang Yasuke menggambarkan dia diantar ke misi Jesuit oleh prajurit Mitsuhide.

“Yang kami tahu,” kata Doan, “adalah Mitsuhide tidak mengeksekusi Yasuke.”

Lockley berspekulasi bahwa Mitsuhide menyelamatkan Yasuke untuk mendapatkan dukungan dari misionaris Jesuit. Jenderal perebut tersebut tidak memiliki sekutu dan hanya bertahan beberapa hari setelah mengalahkan Nobunaga.

Pada tanggal 2 Juli, salah satu pengikut Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, mengalahkan Mitsuhide di Pertempuran Yamazaki. Hideyoshi kemudian menjadi “Pemersatu Besar” kedua di Kekaisaran Jepang. Ia kemudian menyatukan seluruh kekaisaran  pada tahun 1590.

Yasuke dalam budaya pop

Meskipun kurangnya informasi konkrit tentang Yasuke, kehidupan samurai telah menginspirasi budaya pop. Pada tahun 1968, penulis Jepang Kurusu Yoshio menerbitkan Kuro-suke, sebuah buku anak-anak yang mendramatisir kisah Yasuke. Selain itu, ada buku anak-anak Jamal Turner tahun 2020 Yasuke: The Legend of the African Samurai. Yasuke juga muncul di video game 2017 “Nioh,” yang berlatarkan periode Sengoku.

Pada tahun 2019, Chadwick Boseman menandatangani kontrak untuk memerankan Yasuke. “Legenda Yasuke adalah salah satu rahasia terbaik dalam sejarah, satu-satunya orang non-Asia yang menjadi samurai,” kata aktor tersebut.

Kisah Yasuke adalah contoh pertemuan transnasional yang menarik dan tak terduga yang terjadi dalam sejarah Kulit Hitam dan Kekaisaran Jepang.