John Chambers dari Carnegie Institution for Science Department of Terrestrial Magnetism, memperkirakan bahwa selama pembentukan, Jupiter diperkirakan planet cairan seperti lautan dengan atmosfer.
Atmosfer ini terus mengepul sampai mempertinggi langit-langitnya, pekat, dan kaya akan gas. Gagasannya ini dipublikasikan Chambers The Astrophysical Journal pada 2017 dengan makalah bertajuk "Steamworlds: Atmospheric Structure and Critical Mass of Planets Accreting Icy Pebbles".
Ketika Jupiter semakin matang atau bertumbuh cukup besar, gravitasinya menjadi lebih kuat. Gravitasi yang cukup kuat ini dapat menghentikan pelepasan gas atmosfer ke luar planet. Dengan demikian, gasnya lebih pekat di dekat permukaan daripada yang ada di bagian terluar atmosfer. Kasus ini sebenarnya juga terjadi pada planet lainnya yang memiliki atmosfer seperti Venus, Bumi, dan Mars.
Gravitasi planet Jupiter saat ini besar karena ukuran massanya yang juga besar. Berdasarkan pengamatan Juno, pesawat ruang angkasa NASA, mengungkapkan bahwa gravitasi permukaan Jupiter sekitar 2,4 kali lebih besar dari gravitasi permukaan Bumi. Anggaplah berat badan Anda 45 kilogram di Bumi. Di Jupiter, berat badan Anda jadi 108 kilogram.
Gravitasi Jupiter yang besar ini menarik materi padat seperti debu dan kerikil yang kaya akan es. Ketika materi padat ini ditarik, esnya menguap sehingga menambah jumlah gas di atmosfer. Sisa materi debu ini jatuh ke permukaan, akan menjadi es padat.
Ketika Jupiter terus berkembang, atmosfernya lebih padat dan panas. Materi padat yang telah jatuh telah mencair yang membuat permukaan Jupiter berupa lautan. Chambers memperkirakan ada sistem cuaca di Jupiter, yang membuat cairan di permukaan Jupiter jadi gas yang turut serta dalam mempertebal atmosfer.