Nationalgeographic.co.id— Sebagai planet terbesar di tata surya, komposisi planet Jupiter lebih banyak diisi gas. Permukaannya tidak pasti. Di bawah gas, diperkirakan adalah cairan yang kemudian menyelimuti mantel.
Karakteristik gas ini berbeda dengan benda langit dan planet lainnya yang lebih dekat dengan matahari, seperti Merkurius, Venus, Bumi, Bulan, sabuk asteroid, dan satelit Jupiter sendiri, yang cenderung berbatu. Karena lebih banyak gas dan atmosfer yang tebal, planet ini lebih banyak badai. Anda bisa terkoyak-koyak di atmosfer karena badainya sebelum mencapai permukaannya.
Perbedaan ini menarik, mengingat planet gas justru berada di urutan luar sabuk asteroid. Selain Jupiter, ada Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Urutan selanjutnya, justru ada banyak benda langit lainnya yang bersifat pada seperti Pluto. Apa yang membuat Jupiter, termasuk dua planet setelahnya, bisa terbentuk berisi gas?
Terbentuknya Tata Surya
Sebelum membahas tentang awal mula Jupiter, kita harus mengetahui penciptaan tata surya. 4,5 miliar tahun lalu, tata surya yang kita kenal adalah awan padat gas dan debu antarbintang. Para ilmuwan memperkirakan ada gelombang kejut dari bintang terdekat (supernova).
Ledakan itu membuat awan menjadi nebula. Semua materi berputar seperti piringan pada satu titik yang kelak menjadi matahari. Lambat laun, materi-materi dari yang paling dekat hingga terluar dengan pusat menggumpal karena perputaran.
Gas dan debu ini saling bertabrakan dan menyatu menjadi bola yang kelak menjadi planet. Bentuk planet bermula dari gumpalan gas dan debu yang kecil, perlahan-perlahan jadi planet planet kerdil dan bulan. Pada gumpalan yang tertentu, ukurannya membesar menjadi planet seperti yang kita kenal hari ini.
Massa planet purba atau protoplanet bertumbuh di alam semesta. Massa menghasilkan gravitasi yang bisa menarik materi apa pun yang ada di dekatnya. Jika semua protoplanet berasal dari batuan yang padat, pertumbuhan ini bisa lebih cepat, sehingga bisa menangkap gas yang massanya lebih rendah.
Pembentukan Jupiter
Proses yang sama terjadi pada Jupiter. Planet terbesar di tata surya hari ini diperkirakan berasal dari gumpalan gas dan debu. Jupiter mengambil sebagian besar massa yang tersisa dari nebula yang telah membentuk matahari.
Jupiter pun memiliki unsur yang sama dengan bintang, yakni hidrogen dan helium. Namun, ia tidak bisa tumbuh cukup besar untuk terbakar, sehingga menjadi bintang baru, karena massanya yang kurang.
Baca Juga: Kerapuhan Tata Surya: Planet yang Bisa Mengakhiri Kehidupan di Bumi
John Chambers dari Carnegie Institution for Science Department of Terrestrial Magnetism, memperkirakan bahwa selama pembentukan, Jupiter diperkirakan planet cairan seperti lautan dengan atmosfer.
Atmosfer ini terus mengepul sampai mempertinggi langit-langitnya, pekat, dan kaya akan gas. Gagasannya ini dipublikasikan Chambers The Astrophysical Journal pada 2017 dengan makalah bertajuk "Steamworlds: Atmospheric Structure and Critical Mass of Planets Accreting Icy Pebbles".
Ketika Jupiter semakin matang atau bertumbuh cukup besar, gravitasinya menjadi lebih kuat. Gravitasi yang cukup kuat ini dapat menghentikan pelepasan gas atmosfer ke luar planet. Dengan demikian, gasnya lebih pekat di dekat permukaan daripada yang ada di bagian terluar atmosfer. Kasus ini sebenarnya juga terjadi pada planet lainnya yang memiliki atmosfer seperti Venus, Bumi, dan Mars.
Gravitasi planet Jupiter saat ini besar karena ukuran massanya yang juga besar. Berdasarkan pengamatan Juno, pesawat ruang angkasa NASA, mengungkapkan bahwa gravitasi permukaan Jupiter sekitar 2,4 kali lebih besar dari gravitasi permukaan Bumi. Anggaplah berat badan Anda 45 kilogram di Bumi. Di Jupiter, berat badan Anda jadi 108 kilogram.
Gravitasi Jupiter yang besar ini menarik materi padat seperti debu dan kerikil yang kaya akan es. Ketika materi padat ini ditarik, esnya menguap sehingga menambah jumlah gas di atmosfer. Sisa materi debu ini jatuh ke permukaan, akan menjadi es padat.
Ketika Jupiter terus berkembang, atmosfernya lebih padat dan panas. Materi padat yang telah jatuh telah mencair yang membuat permukaan Jupiter berupa lautan. Chambers memperkirakan ada sistem cuaca di Jupiter, yang membuat cairan di permukaan Jupiter jadi gas yang turut serta dalam mempertebal atmosfer.