Permaisuri Fang, yang mengetahui kejadian tersebut, segera mengambil alih situasi dan memerintahkan eksekusi para selir dengan "pengirisan lambat", sebuah hukuman yang kejam dan brutal.
Keluarga para selir juga tak luput dari hukuman mati. Selir Duan, meskipun tidak terlibat dalam rencana pembunuhan, juga ikut dieksekusi karena peristiwa ini terjadi di kamarnya.
Upaya pembunuhan ini membuat Jiajing semakin paranoid dan terisolasi.
Ia menarik diri ke bagian barat Kota Terlarang dan berhenti mengadakan sidang istana selama dua dekade sisa pemerintahannya.
Meskipun pemerintahannya memberikan stabilitas bagi Dinasti Ming, kedekadanan dan pengabaiannya terhadap urusan negara menyebabkan kemunduran kerajaan.
Kaisar Jiajing meninggal pada tahun 1567 pada usia 59 tahun, dan spekulasi beredar bahwa ia meninggal karena merkuri beracun dalam "ramuan keabadian" yang telah ia konsumsi selama hidupnya.
Renyin Plot menjadi pengingat kelam akan kekejaman dan ambisi seorang kaisar yang memicu dendam dan pemberontakan dari orang-orang terdekatnya.
Kisah ini menunjukkan sisi gelap dari Dinasti Ming, di mana perebutan kekuasaan dan intrik politik dapat berujung pada tragedi yang mengerikan.
Renyin Plot menjadi salah satu episode paling tragis dalam sejarah Dinasti Ming, dan kisah ini terus diceritakan sebagai contoh bahaya dari kesewenang-wenangan dan kekejaman seorang pemimpin.