Renyin Plot, Kala Kaisar Dinasti Ming Jadi Target Pembunuhan Para Teman Tidurnya Sendiri

By Ade S, Kamis, 23 Mei 2024 | 16:03 WIB
Kaisar Jiajing. Artikel ini akan mengulas tentang Renyin Plot, kisah tragis tentang pemberontakan para selir terhadap kaisar yang kejam dalam sejarah Dinasti Ming. (Unknown Author)

Nationalgeographic.co.id—Dinasti Ming, era kejayaan dalam sejarah Tiongkok, tak luput dari kisah kelam perebutan kekuasaan dan intrik politik.

Salah satu peristiwa paling mencengangkan terjadi pada tahun 1542, ketika Kaisar Jiajing, sang penguasa yang dikenal bengis dan haus kekuasaan, nyaris kehilangan nyawanya di tangan para selirnya sendiri.

Peristiwa ini dikenal sebagai Renyin Plot, sebuah upaya pembunuhan yang didorong oleh kekejaman dan ambisi sang kaisar.

Artikel ini akan mengisahkan bagaimana para selir Kaisar Jiajing merencanakan dan melancarkan aksi pembunuhannya, reaksi sang kaisar dan para pejabat istana, serta konsekuensi yang ditimbulkan dari peristiwa tragis ini.

Rentetan peristiwa ini menjadi pengingat kelam akan sisi gelap Dinasti Ming, di mana perebutan kekuasaan dan intrik politik dapat berujung pada tragedi yang mengerikan.

Kaisar Jiajing: Sosok Penguasa yang Kejam dan Ambisius

Kaisar Jiajing, yang naik tahta pada tahun 1521, dikenal sebagai pemimpin yang ambisius dan tak segan menunjukkan ketegasannya.

Sejak awal pemerintahannya, ia telah menunjukkan sisi kerasnya, seperti ketika ia memaksakan pemberian gelar dan ritual kekaisaran kepada orang tuanya, memicu perselisihan dengan istana.

Kekejamannya semakin terlihat ketika ia menghukum para pejabat yang menentangnya dengan kejam, bahkan menyiksa mereka hingga tewas.

Obsesi Jiajing terhadap keabadian, seperti dilansir dari Ancient Origins, kian memperparah sifat kejamnya.

Ia terobsesi dengan ramuan alkimia yang diyakini dapat memberinya kehidupan abadi.

Baca Juga: 'Cinta Beracun' Lady Zheng, Empaskan Dinasti Ming ke Jurang Kehancuran

Kekejamannya semakin parah ketika ia memerintahkan pengumpulan darah menstruasi para gadis perawan untuk ramuan tersebut, membuat mereka kelaparan dan dipukuli.

Tak hanya itu, ia juga memperlakukan para selirnya dengan kejam, menyiksa mereka demi memuaskan hasratnya.

Renyin Plot: Pembalasan Para Selir

Kekejaman dan obsesi Jiajing akhirnya memicu dendam para selirnya.

Pada tahun 1542, 16 wanita istana bersatu untuk merencanakan pembunuhan kaisar dalam peristiwa yang dikenal sebagai Renyin Plot.

Mereka memilih malam ketika kaisar berada di kamar Selir Duan, selir kesayangannya.

Setelah para pelayan Selir Duan pergi, para selir menyerang kaisar yang saat itu sendirian.

Mereka menjepitnya dan mencoba mencekiknya dengan pita rambut.

Ketika gagal, mereka melilitkan tali gorden sutra di lehernya, namun upaya mereka sia-sia karena simpul yang dibuat tidak tepat.

Kejadian Mematikan dan Dampaknya

Upaya pembunuhan itu gagal, namun kaisar tetap tak sadarkan diri hingga keesokan harinya.

Baca Juga: Permaisuri Ma Xiaocigao, 'Ibu' Dinasti Ming yang Lahir dari Pembunuh Melarat

Permaisuri Fang, yang mengetahui kejadian tersebut, segera mengambil alih situasi dan memerintahkan eksekusi para selir dengan "pengirisan lambat", sebuah hukuman yang kejam dan brutal.

Keluarga para selir juga tak luput dari hukuman mati. Selir Duan, meskipun tidak terlibat dalam rencana pembunuhan, juga ikut dieksekusi karena peristiwa ini terjadi di kamarnya.

Upaya pembunuhan ini membuat Jiajing semakin paranoid dan terisolasi.

Ia menarik diri ke bagian barat Kota Terlarang dan berhenti mengadakan sidang istana selama dua dekade sisa pemerintahannya.

Meskipun pemerintahannya memberikan stabilitas bagi Dinasti Ming, kedekadanan dan pengabaiannya terhadap urusan negara menyebabkan kemunduran kerajaan.

Kaisar Jiajing meninggal pada tahun 1567 pada usia 59 tahun, dan spekulasi beredar bahwa ia meninggal karena merkuri beracun dalam "ramuan keabadian" yang telah ia konsumsi selama hidupnya.

Renyin Plot menjadi pengingat kelam akan kekejaman dan ambisi seorang kaisar yang memicu dendam dan pemberontakan dari orang-orang terdekatnya.

Kisah ini menunjukkan sisi gelap dari Dinasti Ming, di mana perebutan kekuasaan dan intrik politik dapat berujung pada tragedi yang mengerikan.

Renyin Plot menjadi salah satu episode paling tragis dalam sejarah Dinasti Ming, dan kisah ini terus diceritakan sebagai contoh bahaya dari kesewenang-wenangan dan kekejaman seorang pemimpin.