Ada Banyak Obelisk Mesir Kuno di Kekaisaran Romawi, Ini Alasannya!

By Sysilia Tanhati, Kamis, 30 Mei 2024 | 13:00 WIB
Kekaisaran Romawi begitu terobsesi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Mesir kuno. Obelisk menjadi bukti obsesi tersebut. (Griffin Wooldridge/Pexels)

Nationalgeographic.co.id—Mesir kuno sudah memiliki kerajaan yang besar jauh sebelum Kekaisaran Romawi terbentuk. Namun saat Anda berjalan di sekitar Kota Roma, Anda akan melihat banyak obelisk Mesir di Kota Abadi itu. Hal ini mungkin membuat Anda berpendapat: Kekaisaran Romawi begitu terobsesi dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan Mesir kuno.

Mengapa Kekaisaran Romawi begitu terobsesi dengan obelisk Mesir dan mengapa mereka membawanya ke Roma?

Hubungan antara Kekaisaran Romawi dan Mesir

Kisah cinta yang membawa malapetaka antara jenderal Romawi Marc Anthony dan Cleopatra dari Mesir berakhir pada 31 SM dengan Pertempuran Actium. Pertempuran itu dijuluki sebagai Romawi versus Timur. Pemenangnya, Oktavianus, kemudian menjadi kaisar pertama Romawi – Augustus dan Mesir akan diperintah oleh Kekaisaran Romawi selama 500 tahun berikutnya.

“Kekaisaran Romawi terpesona dengan Mesir kuno,” ungkap Alexander Meddings di laman Carpe Diem. Bagi bangsa Romawi, Mesir kuno itu asing, eksotik; simbol kemewahan, dan sensual. Mesir kuno juga jadi simbol kekuasaan absolut atas rakyat. Mesir kuno mampu mempertahankan kerajaan yang luas selama ribuan tahun.

Kekaisaran Romawi mengeksploitasi tanah kaya di Mesir kuno untuk mendapatkan apa pun yang dihasilkan oleh Mesir. Awalnya yang mereka ambil adalah emas, permata berharga, dupa, dan parfum eksotis. Lalu menyusul biji-bijian, marmer, dan hewan untuk Colosseum.

Ketika pasukan pemenang kembali dari Mesir, mereka ingin menunjukkan kehebatan Kekaisaran atas wilayah yang ditaklukkan. Karena itu, mereka pun memindahkan objek utama kekuasaan dan agama orang Mesir kuno – obelisk.

Apa itu obelisk Mesir?

Obelisk berbeda dari tiang penyangga. Obelisk adalah pecahan granit merah muda Aswan monolitik (satu bagian) yang besar, bersisi empat, meruncing dengan piramida di bagian atas. Piramida di bagian atas awalnya dilapisi elektrum – paduan perak dan emas. Elektrum itu memantulkan cahaya matahari.

Obelisk itu seperti efek khusus; sebatang batu yang tertutup cahaya menuju ke langit. Mereka dipersembahkan kepada raja dewa Mesir, dewa Matahari Ra. Obelisk sering ditempatkan berpasangan di luar pintu masuk kuil dan makam. Didirikan oleh para firaun untuk menghormati dewa matahari, mereka adalah simbol kekuatan firaun dan juga dewa Mesir kuno.

Lebih dari separuh obelisk yang ada di Roma diambil dari Heliopolis (Kairo Modern), beberapa dari Aleksandria, dan satu dari Karnak.

Baca Juga: Kaisar Romawi Caligula Itu Benar Gila atau Kita yang Salah Memahaminya?

Sejarah Obelisk di Kota Roma

Roma memiliki lebih banyak obelisk dibandingkan daerah lain di dunia, bahkan di Mesir sendiri. Kita mengetahui dari catatan bahwa 48 obelisk dikirim dari Mesir ke Roma di era Kekaisaran Romawi. Kini ada 13 dari obelisk yang awalnya dibawa ke Kota Abadi itu. Sebagian obelisk itu berasal dari zaman Mesir kuno antara 1400-600 SM. Sebagian lagi dibuat di masa pemerintahan Romawi sehingga tidak memuat prasasti hieroglif.

Di Roma, para kaisar menggunakan obelisk untuk mendekorasi stadion, dan mausoleum. Salah satu obelisk didirikan oleh Kaisar Augustus sebagai jam matahari besar di Campus Martius dekat Pantheon. Sejumlah obelisk kecil ditemukan di dekat panteon di belakang gereja Santa Maria Sopra Minerva.

Belakang gereja Santa Maria Sopra Minerva adalah kawasan Mesir di Kota Roma kuno dan memiliki kuil untuk dewa-dewa Mesir. Salah satu jalan kecil di belakang gereja menjadi saksi kuil kuno dan memiliki kaki marmer bersandal besar yang mungkin milik patung salah satu Dewa.

Ketika Kekaisaran Romawi jatuh dan Kota Roma hancur, gempa bumi, banjir dan pengabaian menyebabkan obelisk-obelisk tersebut hilang. Obelisk tidak akan muncul kembali sampai lebih dari seribu tahun kemudian.

Obelisk Mesir terbesar di Kota Roma

Ketika Sixtus V terpilih sebagai paus, dia melakukan beberapa perencanaan kota besar dan membangun beberapa jalan besar. Jalan besar tersebut melintasi kota yang menghubungkan piazza-piazza dan gereja-gereja penting bagi para peziarah. Visinya adalah menandai persimpangan jalan utama ini dengan obelisk yang dapat dilihat dari jauh.

Obelisk Mesir tertua dan terbesar di Roma dan dunia berdiri di depan Basilika Roma Santo Yohanes di Lateran. Awalnya dibawa ke Roma pada abad ke-4 untuk menghiasi spina atau tulang belakang Circus Maximus. Obelisk tersebut berumur lebih dari 3400 tahun dan menjulang hingga ketinggian 32 m.

Obelisk di Piazza del Popolo sudah berada di spina yang ditempatkan di sana oleh Augustus pada 10 SM. “Berusia 3200 tahun dan sedikit lebih pendek dengan tinggi 24m,” tambah Meddings.

Mengangkut Obelisk Mesir ke Kekaisaran Romawi

Memindahkan monolit raksasa ini bukanlah tugas yang mudah, namun orang-orang zaman dahulu memiliki derek yang mampu mengangkatnya dari tanah. Pada tahun 1580-an ketika Sixtus V memindahkan Obelisk Vatikan (versi Romawi abad ke-1 M yang beratnya lebih dari 320 ton), hal ini merupakan pekerjaan yang sangat besar. Arsitek Domenico Fontana membutuhkan waktu 6 bulan untuk merencanakannya. Ia membutuhkan lebih dari 900 orang dan 75 kuda untuk menariknya.

Kebangkitan Obelisk

Pada abad-abad berikutnya, para paus berikutnya akan mendirikan lebih banyak obelisk ketika obelisk tersebut ditemukan. Mereka menempatkannya di piazza dan memasukkannya ke dalam air mancur Roma. Semua obelisk dilengkapi dengan simbol-simbol agama di bagian atas, sebuah contoh dari paus yang mengeklaim kembali monumen keagamaan pagan kuno.

Meskipun zaman Kekaisaran Romawi telah lama berlalu, gagasan tentang obelisk sebagai simbol kekuasaan masih terus berlanjut hingga kini. Kerajaan-kerajaan selanjutnya menghancurkan Mesir. Setelah itu, Anda dapat menemukan obelisk Luxor di Paris, jarum Cleopatra di London dan New York.

Jika berkunjung ke Kota Roma, jangan lupa untuk mengunjungi obelisk, saksi bisu kejayaan Mesir kuno dan Kekaisaran Romawi.