Arsip dari Lasem Ditetapkan Menjadi Memori Kolektif Bangsa 2024

By Agni Malagina, Jumat, 31 Mei 2024 | 12:00 WIB
Penghargaan Memori Kolektif Bangsa 2024 diserahkan oleh Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia dan Dewan Pakar kepada Bupati Rembang. ()

Nationalgeographic.co.id—Arsip Jaringan Dagang Batik Lasem Awal Abad 20 yang dikelola Museum Nyah Lasem telah ditetapkan menjadi Memori Kolektif Bangsa 2024 oleh Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tanggal 22 Mei 2024.

Dikelola oleh Museum Nyah Lasem Rembang, arsip ini diajukan sebagai nominasi bersama Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Rembang dengan Museum Nyah Lasem.

Penganugerahan dilaksanakan di Samarinda dalam rangka Hari Kearsipan ke-53 tanggal 29 Mei 2024 dan penghargaan diterima oleh Bupati Rembang dan Ibu Bupati yang mewakili Museum Nyah Lasem.

Arsip jaringan dagang tersebut menggambarkan hubungan dagang dan kemanusiaan antar etnis di Indonesia yang terbentuk karena perdagangan batik dari Lasem menyebar ke Nusantara hingga Singapura dan Malaysia. 

Arsip jaringan dagang tersebut menggambarkan hubungan dagang dan kemanusiaan antar etnis di Indonesia yang terbentuk karena perdagangan batik dari Lasem menyebar ke Nusantara hingga Singapura dan Malaysia.

Jumlah total arsip yang diajukan adalah 196 yang terdiri dari korespondensi, bukti pembayaran, catatan rekapitulasi, tagihan firma perjalanan dan foto dalam tiga bahasa yaitu Belanda, Cina dan Melayu Pasar.

“Penganugerahan ini sangat berarti untuk melegitimasi sejarah masyarakat yang sering terlupakan dalam sejarah formal Indonesia. Dalam kasus Lasem, yang berkali-kali mendapat penghapusan sistemik dari zaman kolonial hingga Orde Baru, mengunjungi kembali memori warga menjadi sebuah gerakan perlawanan untuk tetap berdaya di atas narasi sendiri,” ujar Feysa Poetry Direktur Museum Nyah Lasem. 

Lebih lanjut ia menambahkan bahwa arsip tersebut dikumpulkan dari penduduk sekitar dan diolah oleh peneliti Nyah Lasem secara sukarela dengan dukungan moril dari jejaring akademisi. 

“Dari proses ini, kami menyadari bahwa masyarakat bisa mengambil peran aktif dalam mengarsip. Salah satu rencana kami ke depan adalah membuat lokakarya berkelanjutan tentang konservasi arsip yang dipandu oleh relawan konservator kami bersama arsiparis dari Dinarpus Rembang. Selain itu, kami berharap Arsip Jaringan Dagang Batik Lasem ini dapat diteliti lebih lanjut agar bisa dinominasikan sebagai Memory of the World,” tambahnya. 

“Semoga inisiatif akar rumput ini dapat menginspirasi dan memperpanjang semangat komunitas pelestarian lain yang sama-sama berjuang dengan sumber daya yang amat terbatas, kolaborasi dengan komunitas lain akan memperkuat masa depan arsip kita,” ungkap Feysa yang mendorong Museum Nyah Lasem bekerja sama dengan komunitas lain untuk saling belajar merawat hingga memanfaatkan arsip. 

Perawatan arsip di Museum Nyah Lasem dilakukan secara mandiri oleh para relawan. (Agni Malagina)

Menurut Feysa, kelanjutan merawat arsip MKB ini adalah tugas bersama. Sebagai langkah awal kami akan menggelar pameran agar warga dan komunitas di Rembang dapat melihat langsung arsipnya dan meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian arsip.