Mangkuk Ayam Jago: Warisan Dinasti Ming yang Melegenda di Indonesia

By National Geographic Indonesia, Rabu, 5 Juni 2024 | 18:03 WIB
Mangkuk ayam jago di rumah batik Liem Ping Wie, Pekalongan. Jelajahi warisan mangkuk ayam jago dari Dinasti Ming, simbol budaya yang kaya akan sejarah dan makna di Indonesia. (Agni Malagina)

Nationalgeographic.co.id—Mangkuk ayam jago, dengan desain khas yang menggambarkan ayam jantan, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner di Indonesia.

Warisan dari Dinasti Ming, mangkuk ini bukan sekadar wadah untuk makanan, melainkan juga simbol keberuntungan dan tradisi yang mengalir dari masa lalu.

Generasi muda kreatif mengambil inspirasi dari mangkuk ayam jago, menciptakan aksesori modern dengan desain yang sama.

Bagi banyak orang, mangkuk ini juga mengingatkan pada masa lalu yang hangat, saat menikmati mi ayam atau soto di warung bersama keluarga.

Artikel ini mengajak kita menjelajahi jejak sejarah dan pesona mangkuk ayam jago yang melegenda di Indonesia.

Kenangan Masa Lalu

Para pecinta kuliner berkuah, seperti mie ayam dan bakso, tentu akrab dengan mangkuk yang dihiasi gambar ayam jago. Bagi generasi yang tumbuh di dekade 70-an dan 80-an, mangkuk ini bukan hanya wadah makan, tetapi juga simbol kenangan akan masa lalu, saat menikmati bakso di warung kesayangan.

Di era modern, motif ayam jago pada mangkuk klasik ini telah menginspirasi generasi muda yang kreatif untuk menciptakan berbagai macam aksesori, mulai dari tas hingga sarung bantal. Kegemaran ini juga terlihat dari antusiasme mereka yang bangga memamerkan aksesori bergambar ayam jago melalui swafoto.

Beberapa produsen peralatan makan pun ikut meramaikan dengan memproduksi mangkuk dan piring yang mengadopsi gambar ayam jago tersebut. Namun, PT Lucky Indah Keramik, sebagai produsen asli mangkuk ayam jago, telah mengingatkan agar desain ikonik ini tidak digunakan sembarangan karena terkait dengan hak cipta.

Simbol Cinta dan Rezeki dari Dinasti Ming

Mangkuk ayam jago, yang dikenal luas di Tiongkok, bukan hanya populer sebagai alat makan sehari-hari tetapi juga sering muncul sebagai properti dalam film-film Hong Kong era 90-an karya Stephen Chow. Selain itu, mangkuk ini juga merupakan elemen penting dalam ‘seserahan’ atau hadiah pernikahan di Tiongkok.

Baca Juga: Pewarisnya Selalu Mati, Kaisar Dinasti Ming Ini Jadi Korban Selirnya Sendiri?

Di berbagai daerah, mangkuk ini dikenal dengan nama yang berbeda-beda; di Kanton disebut Jigongwan, di utara Tiongkok disebut Gongjiwan, dan di daerah yang berbahasa Minnan atau di selatan Tiongkok, mangkuk ini disebut Jijiaowan.

Asal-usul mangkuk ayam jago ini bermula dari zaman Dinasti Ming, tepatnya selama pemerintahan Kaisar Chenghua (1465-1487). Kaisar memerintahkan pembuatan empat cawan keramik dengan gambar ayam jago dan ayam betina kepada pengrajin di Jingdezhen, Provinsi Jiangxi, yang terkenal dengan keramik istananya sejak abad ke-6.

Cawan-cawan ini, dikenal sebagai Jigangbei atau ‘cawan ayam’, dibuat dengan teknik doucai sebagai simbol cinta antara Kaisar dan istrinya. Gambar ayam jago, ayam betina, dan anak ayam pada cawan tersebut melambangkan kemakmuran dan keberuntungan, dengan filosofi ‘banyak anak, banyak rejeki’.

Dikagumi para Kaisar Tiongkok

Mangkuk ayam jago, yang dihormati oleh para Kaisar Tiongkok, memiliki nilai simbolis yang mendalam. Kata "Ji" yang berarti ayam, memiliki kesamaan bunyi dengan "Jia" yang artinya rumah, menciptakan asosiasi antara mangkuk dan konsep keluarga.

Tanaman peoni pada mangkuk melambangkan kemakmuran, sedangkan pohon pisang menandakan keberuntungan bagi keluarga.

Para kaisar, termasuk Kaisar Wanli dan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing, sangat mengagumi mangkuk ini. Mereka bahkan menetapkan harga tinggi untuk desain ayam jago tersebut. Kaisar Qian Long, yang memerintah dari tahun 1735 hingga 1796, sampai menciptakan puisi untuk memuji mangkuk ayam jago pada tahun 1776.

Selama Dinasti Qing, produksi mangkuk ayam jago meningkat secara massal. Mangkuk dengan gambar naga dan phoenix yang lebih mahal menjadi simbol status, sementara mangkuk ayam jago lebih terjangkau bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Bagi para petani, mangkuk ini menjadi simbol kerja keras dan harapan akan kemakmuran, mengingatkan pada peran ayam jago yang membangunkan mereka setiap pagi untuk bekerja di ladang.

Jadi Incaran para Kolektor

Di awal abad ke-20, mangkuk ayam jago mulai dikenal di seluruh dunia, dibawa oleh para imigran dari Provinsi Guangdong dan menyebar ke berbagai negara di Asia Tenggara. Produksinya pun berkembang, dari yang semula dilukis dengan tangan hingga menggunakan mesin.

Baca Juga: Dijuluki 'Iblis', Permaisuri Sun dari Dinasti Ming Malah Dibela Sejarawan?

Kini, cawan ayam jago dari era kekaisaran menjadi incaran kolektor barang antik globalCawan Chenghua, yang hanya ada empat di dunia, telah dilelang beberapa kali oleh Sotheby’s di Hong Kong, dengan lelang tertinggi mencapai 36,3 juta dolar AS.

Mangkuk ayam jago, simbol keberuntungan, kerja keras, dan kemakmuran, tidak hanya berfungsi sebagai peralatan makan, tetapi juga sebagai ikon nostalgia yang mengingatkan kita pada masa lalu, saat bersantap mi ayam atau soto di warung kesayangan bersama keluarga.

Dari warisan Dinasti Ming hingga inspirasi bagi generasi kreatif, mangkuk ayam jago terus memancarkan pesonanya. Artikel ini mengajak kita merenung tentang makna dan nostalgia yang terkandung dalam setiap goresan gambar ayam pada mangkuk yang melegenda di Indonesia

Artikel ini merupakan hasil tulis ulang dari artikel berjudul "Berasal dari Tiongkok, Ini Sejarah Mangkuk Ayam Jago yang Tersohor" yang tayang di National Geographic Indonesia pada 11 Februari 2019. Ditulis oleh Agni Malagina.