Mengulik Konsep dan Teknik Fotografi Menggunakan iPhone di Bali

By Utomo Priyambodo, Senin, 10 Juni 2024 | 14:57 WIB
Peserta lokakarya fotografi di Bali berburu foto di Pantai Kuta. (Utomo Priyambodo)

Nationalgeographic.co.id—Matahari senja di Pantai Kuta menjadi latar pemandangan yang banyak diburu oleh para peserta lokakarya fotografi iPhone di Bali. Sekitar 30 orang peserta berhamburan keluar dari Discovery Mall Bali yang memiliki akses langsung ke pantai itu untuk berburu foto menggunakan iPhone mereka. Mereka hendak mempraktikkan langsung pelajaran mengenai konsep dan teknik fotografi ponsel yang baru saja mereka terima.

Dita Alangkara, seorang jurnalis foto senior Associated Press, sebuah kantor berita internasional ternama, menjadi pemateri dalam lokakarya tersebut. Dalam lokakarya fotografi bertajuk "What to Shoot? A Photographer’s Dilemma", puluhan peserta, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, khusyuk menyimak pemaparan Dita. Lokakarya tersebut diadakan di store iBox Discovery Mall Bali pada Sabtu sore, 8 Juni 2024.

Selain menggunakan kamera profesional, Dita juga sering memotret memakai kamera ponsel, terutama ponsel berjenama iPhone. “Sehari-hari saya memotret pakai kamera DSLR dan sekarang mirrorless. Cuma di luar pekerjaan, kadang-kadang bahkan dalam pekerjaan juga, saya pakai iPhone untuk motret,” ujar Dita.

“Untuk dokumentasi pribadi bahkan juga untuk personal project, saya menggunakan iPhone secara ekstensif,” imbuhnya.

Salah satu foto dalam materi presentasi Dita Alangkara. Semua foto yang ditampilkan dalam materi presentasi lokakarya ini diambil menggunakan kamera iPhone. (Dita Alangkara)

Menurut Dita, salah satu tantangan yang akan dihadapi oleh fotografer amatir maupun profesional adalah kebuntuan inspirasi dalam mencari objek foto. Oleh karena itu, Dita mengajak para peserta lokakarya untuk bertanya kepada diri sendiri secara mendasar, “Untuk apa kita memotret?”

Konsep paling dasar dalam memotret adalah menentukan objek foto yang menarik bagi diri kita. Dita mencontohkan, sebagai fotografer yang setiap harinya harus memotret peristiwa-peristiwa besar untuk pemberitaan, dia justru pernah mendapatkan inspirasi dari hal-hal sederhana yang dia lihat di sekitar.

Sebagai contoh, Dita pernah memotret orang-orang yang bisa dengan nyenyak tidur di ruang terbuka. Misalnya tukang ojek, pemulung, sopir bajaj, pedagang, orang umum, dan sebagainya. Lokasinya di trotoar jalan, emperan ruko, sofa depan rumah, warung makan, hingga di atas kendaraan. Dia pernah memotret aktivitas tidur orang-orang tersebut dengan sudut pandang yang menurutnya menarik dan menghimpunnya dalam rangkaian foto Instagram bertajuk #TidurSiangProject.

Dita juga pernah memotret aktivitas seekor kucing yang saat pandemi datang ke rumahnya dengan penuh luka dan kemudian dirawat dan diadopsi keluarganya hingga kini. Rangkaian foto kucing kecil itu ia himpun dalam #DiaryKucingMimi.

Para peserta lokakarya fotografi iPhone di Bali khusyuk menyimak pemaparan materi dari Dita Alangkara. (Utomo Priyambodo)

Sebagai fotografer media internasional, Dita juga pernah 13 kali datang ke Korea Utara, salah satu negara di dunia yang paling ketat dan sulit dimasuki. Dia menemukan hal-hal menarik di sana karena belum banyak foto dan pemberitaan mengenai kehidupan sehari-hari orang Korea Utara. Dita kemudian menghimpun foto-foto tersebut dalam tajuk #KabarDariUtara.

Di Jakarta, Dita juga pernah ditugaskan untuk meliput Kampung Bandan, sebuah permukiman padat dan kumuh di Jakarta Utara. Saking padatnya rumah-rumah di sana, sinar matahari sulit masuk ke dalamnya. Jadi, sinar matahari terasa sangat berharga dan menarik bagi Dita kala itu. Dia kemudian menghimpun foto-foto berkas sinar matahari di Kampung Bandan dengan tajuk Cahaya Berharga di Kampung Kota.

Untuk mengurai konsep fotografi ponsel ini, Dita meminta para peserta untuk mengamati orang-orang di sekitarnya. Misalnya tukang parkir.

Dia mencontohkan, cobalah kita temukan sudut pandang visual menarik mengenai kehidupan tukang parkir dengan mencari tahu apakah tukang parkir punya kendaraan, di mana dia memarkirkan kendaraannya, seperti apa keluarganya, bagaimana rutinitas kehidupannya, berapa banyak uang yang ia dapat dalam sehari, ke mana uang itu pergi atau akan dipakai, dan sebagainya. Mengikuti kehidupan seseorang selama seharian sejak dia bangun tidur hingga tidur kembali, menurut Dita, adalah contoh konsep yang biasa dilakukan dalam jurnalistik untuk menemukan cerita menarik, termasuk cerita berbentuk foto.

“Satu foto itu bisa berbicara seribu kata. Tapi bukan cuma itu, bukan sekadar kata-kata. Tapi foto bisa bercerita,” tegas Dita.

Para peserta lokakarya fotografi iPhone di Bali melakukan praktik langsung berburu foto dengan menggunakan kamera ponsel. (Utomo Priyambodo)

Terkait teknik memotret, Dita mengatakan kamera iPhone telah banyak memudahkan kegiatannya dalam berburu foto. Sebagai contoh, iPhone memiliki lensa makro. Fitur tersebut dapat digunakan dalam memotret detail gambar yang kecil.

Contoh penggunaannya adalah untuk memotret lencana bergambar wajah Kim Il-sung dan Kim Jong-il, dua pemimpin abadi Korea Utara, yang biasanya dipasang pada seragam orang-orang di negara tersebut. Menurut Dita, iPhone memiliki kamera ponsel yang sudah sangat canggih.

Partner Trainer iBox Indonesia di Bali, Muh Alifyandy Zulmi, menjelaskan tips cara memotret dengan lensa makro pada kamera iPhone. “Caranya adalah dengan mendekatkan saja kamera iPhone pada objek yang hendak dipotret, lalu secara otomatis fitur lensa makro itu akan menyala dan membaca objek tersebut untuk dipotret.”

Fitur lainnya yang menurut Dita penting dalam kamera iPhone adalah Burst. “Fitur ini sangat penting untuk menangkap momen,” kata Dita.

Untuk memotret momen atau objek foto yang bergerak, fitur Burst ini dapat diandalkan untuk memotret dalam jumlah banyak dalam sekali pencet.

Alif, sapaan Alifyandy, kemudian memaparkan cara menggunakan fitur Burst pada kamera iPhone. “Dalam posisi Landscape, cukup pencet tombol rana kamera, tarik ke bawah dan tahan. Lepas pencetan jika ingin menghentikan proses Burst itu.”

“Untuk posisi Portrait, tariknya atau gesernya ke kiri,” beber Alif.

Banyak fitur lain dari kamera iPhone yang bisa kita gunakan. Fitur-fitur kamera ini juga telah dijelaskan dalam rangkaian lokakarya fotografi yang digelar iBox Indonesia di berbagai kota di Indonesia. Lokakarya di Bali ini merupakan bagian dari rangkaian program iBoxgraphy Grant 2024 yang diadakan oleh iBox Indonesia bersama National Geographic Indonesia.

Salah satu peserta lokakarya di Bali, Putu Kusuma Wijaya (40), mengaku sangat senang dengan adanya acara lokakarya ini. “Senang saya ikut acara seperti ini ya, jadi bisa menambah wawasan kita mengenai fotografi khususnya, dan iPhone umumnya,” ujar Putu yang sehari-hari merupakan pegawai swasta di Bali.

Putu merasa ilmu dari lokakarya ini sangat bermanfaat bagi dirinya yang merupakan pengguna iPhone 15. “biasanya kan kita cuma langsung, asal foto aja lah, ndak pakai fitur-fitur yang lain. Ternyata ada fitur tersembunyi yang mungkin saya enggak tahu sebelumnya,” katanya.

Putu mengaku sangat tertarik dan bakal terus mengikuti acara lokakarya seperti ini jika iBox mengadakannya lagi di kemudian hari. Putu berharap di lain waktu iBox bisa menggelar lokakarya dengan tema spesifik fotografi produk menggunakan iPhone yang dia rasa akan sangat bermanfaat bagi desainer interior seperti dirinya.

Senada dengan Putu, Kadek Bagaskara (26) juga mengaku senang bisa mengikuti acara lokakarya ini dan berharap ada acara serupa di tahun-tahun mendatang. Kadek sangat terkesan dengan lokakarya ini, terutama bagian praktik langsung berburu foto di sekitar Discovery Mall Bali dan Pantai Kuta.

“Seru, seru, seru! Serunya karena kita dikasih kesempatan berpikir kreatif dengan waktu yang mepet lah,” ujar Kadek yang telah menggemari hobi memotret sejak SMA dan sering memotret menggunakan iPhone.

Peserta lokakarya fotografi iPhone di Bali melakukan praktik langsung berburu foto di sekitar Discovery Mall Bali dan Pantai Kuta. (Utomo Priyambodo)

Kadek merasa penjelasan dari Dita Alangkara sangat bermanfaat bagi dirinya. Terutama bagian mengenai inspirasi mencari cerita dan sudut pandang dalam memotret.

“Bagian paling menarik sih, cerita dari Mas Dita bahwa kita bisa mulai memotret itu dari berbagai sudut pandang. Maksudnya ya project kecil pun seperti tadi di era pandemi ada kucing kucing liar datang ke rumah itu bisa dijadiin cerita,” tutur Kadek.

Kadek juga bersyukur bisa mendapat informasi baru mengenai fungsi fitur-fitur kamera di iPhone. Misalnya fitur Burst.

“[Sebelumnya] tahu ada tools ini, tapi enggak tahu fungsinya apa, jadi tidak pernah pakai,” ujarnya. “Jadi jadi ketika kita ngejar momentum, kita pakai Burst saja biar semua timing-nya dapat gitu kan. Nah itu baru tahunya di sini sih.”

Tak cuma terdiri atas rangkaian lokakarya fotografi, program iBoxgraphy Grant 2024 yang diadakan oleh iBox Indonesia bersama National Geographic Indonesia ini juga mencakup kompetisi foto bertema "Connection of Life". Kompetisi ini telah dibuka dan akan berlangsung hingga 21 Juni 2024.

Tiga foto terbaik dalam kompetisi nasional akan ditayangkan di majalah National Geographic Indonesia dan para pemilik foto terbaik itu berhak mendapatkan rangkaian iPhone 15. Syarat dan ketentuan kompetisi dapat dibaca di https://ibox.co.id/page/iboxgraphy-2024.