Ragam Kemeriahan Perayaan Festival Perahu Naga, dari Menikmati Bacang hingga Membuat Telur Berdiri Tegak

By Sysilia Tanhati, Senin, 10 Juni 2024 | 07:00 WIB
Festival Perahu Naga jatuh pada hari kelima bulan kelima kalender lunar Tiongkok. Festival ini merupakan perayaan penting dengan legenda yang menarik. (Caiguanhao/CC BY-SA 3.0)

Lalu apa kaitannya perayaan ini dengan perahu naga?

Untuk memahami bagaimana naga air masuk ke dalam cerita, atau bagaimana perahu yang diukir dengan naga di atasnya, kita perlu melihat lebih jauh ke masa lalu. Lebih dari 6.000 tahun yang lalu, sosok naga paling awal ditemukan.

“Merupakan salah satu makhluk mitos terpenting dalam mitologi Tiongkok, naga adalah pengontrol hujan, sungai, laut, dan semua jenis air. Naga adalah simbol kekuatan dan energi ilahi. Di era Kekaisaran Tiongkok, makhluk mitos ini diidentifikasi sebagai simbol kekuasaan kekaisaran,” tulis Deming An, Ph.D., seorang profesor cerita rakyat di Institut Sastra, Akademi Ilmu Sosial Tiongkok.

Meski bacang bisa dinikmati kapan saja, namun mengonsumsi bacang saat Perayaan Perahu Naga sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Tionghoa. (Charles Chen/Pexels)

“Dalam imajinasi orang, naga biasanya hidup di air dan merupakan pengendali hujan.”

Perlombaan perahu naga dianggap berasal dari perayaan terorganisir Qu Yuan yang dimulai pada abad ke-5 atau ke-6 M. Namun para ahli mengatakan bahwa perahu tersebut pertama kali digunakan ratusan tahun sebelumnya, mungkin karena berbagai alasan.

Dalam kalender lunar, bulan Mei adalah periode titik balik matahari musim panas, saat yang penting untuk penanaman bibit padi. Pada saat yang sama, kata An, menurut kepercayaan tradisional Tionghoa, tanggal yang diberi angka ganda '5' sangat membawa sial. Untuk memastikan panen yang baik, rakyat di Tiongkok selatan meminta naga untuk menjaga tanaman mereka, kata Jessica Anderson Turner, kontributor Handbook of Chinese Mythology.

Mereka menghiasi perahu dengan hiasan ukiran naga. “Sedangkan mendayung merupakan simbol penanaman padi kembali ke dalam air,” jelas Anderson Turner. Hal ini sesuai dengan penjelasan Yan tentang simbolisme di balik bentuk zongzi: tetrahedral. “Ujung-ujungnya dimaksudkan untuk menyerupai tanduk sapi,” kata Yan, “yang merupakan simbol suci dalam budaya agraris kuno untuk berkah dan hasil panen yang melimpah.”

Ada beragam penafsiran

Dalam penafsiran lain, Chittick berpendapat bahwa perlombaan perahu naga pada awalnya adalah latihan militer di daerah Hubei, wilayah negara bagian Chu. Pelatihan itu berlangsung selama titik balik matahari karena pada saat itulah sungai berada pada titik tertinggi. “Perahu kecil adalah bagian penting dalam peperangan. Kemudian mereka mengubahnya menjadi tontonan olahraga.”

Sejarah dan cerita yang berbeda-beda ini seiring berjalannya waktu menyatu menjadi mitos Qu Yuan. “Penggabungan cerita adalah cara orang memahami berbagai hal,” kata Anderson Turner. “Mitos selalu berubah menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Bagi banyak orang, Anda dapat memiliki sejarah dan budaya; keduanya bisa autentik dan benar.”

Bahkan kisah Qu Yuan bukanlah satu-satunya legenda di balik perayaan Duanwu Jie atau Festival Perahu Naga. Beberapa orang Tionghoa di utara, jelas Chittick, menceritakan kisah tentang seorang pria yang melarikan diri ke hutan setelah dianiaya oleh tuannya. Mencoba mengusir pria itu, sang raja membakar hutan dan secara tidak sengaja membunuh pelayan setianya.