Pada abad ke-17, astronom Inggris Edmond Halley, yang terkenal dengan penemuannya tentang komet Halley, mengusulkan teori bahwa Bumi mungkin berongga.
Namun, ide Halley tidak mendapatkan banyak dukungan di kalangan ilmuwan sezamannya. Pada tahun 1798, seorang ilmuwan Inggris lainnya, Henry Cavendish, melakukan eksperimen yang menghitung massa Bumi secara akurat.
"Dengan menggunakan neraca puntir sederhana, yang mengukur jumlah gaya puntir yang disebabkan oleh tarikan gravitasi dua bola besar pada pasangan yang lebih kecil, Cavendish dapat menghitung tarikan gravitasi yang samar-samar di antara dua pasang bola," jelas Clegg.
Dengan membandingkan ini dengan tarikan gravitasi Bumi, ia bisa menghitung densitas planet kita (dan, karena ukuran Bumi sudah diketahui, massanya juga).
Seismologi: Kunci Menjelajah Inti Bumi
Hari ini, kita membagi bagian dalam Bumi menjadi tiga bagian utama. Pertama, kerak Bumi adalah lapisan terluar yang tipis dan padat, dengan ketebalan berkisar antara 5 km hingga 75 km.
Di bawah kerak terdapat mantel, lapisan tebal yang memanjang hingga kedalaman sekitar 2.900 km.
Terakhir, inti Bumi adalah bagian terdalam, dengan ketebalan sekitar 3.500 km dari pusat Bumi. Inti Bumi sendiri terdiri dari dua bagian: inti luar yang cair dan inti dalam yang merupakan bola nikel-besi yang sangat panas namun tetap padat, dengan radius sekitar 1.200 km.
Namun, bagaimana kita bisa mengetahui detail semacam itu tentang lokasi yang begitu tidak terjangkau? Semua pengetahuan kita bersifat tidak langsung dan bergantung pada seismologi—ilmu tentang gempa bumi.
Gelombang seismik yang menyebabkan kerusakan dalam gempa bumi adalah gelombang yang bergerak di permukaan.
Terdapat dua jenis gelombang yang bergerak melalui Bumi. P-waves ('P' singkatan dari 'primary') adalah gelombang longitudinal, seperti suara. Mereka bergetar ke arah pergerakan, menyebabkan Bumi mengembang dan menyusut saat mereka melewati.