Sejarah Dunia: Ketika Bau Badan Jadi Peluang Bisnis yang Menggiurkan

By Sysilia Tanhati, Minggu, 30 Juni 2024 | 10:00 WIB
Aroma badan yang wangi dikaitkan dengan kebersihan. Dalam sejarah dunia, bau badan pun menjadi peluang bisnis yang menarik. (Karolina Kaboompics/Pexels)

Orang Prancis kelas atas mungkin akan membedakan dirinya dengan kemeja linen putih, yang sering dicuci dan diganti. Namun, tambahnya, dia jarang mandi dan tidak akan menilai pekerja kelas bawah karena tidak mandi atau berbau.

“Bangsawan yang kotor adalah hal yang lumrah di masa itu,” kata Katherine Ashenburg, penulis The Dirt on Clean: An Unsanitized History.

Persepsi terhadap bau segera berubah. Pada abad ke-18 dan ke-19, mandi menjadi lebih umum, sehingga membentuk hubungan baru antara bau badan dan hal-hal negatif. Misalnya bau badan dikaitkan dengan kemiskinan dan penyakit.

“Saat itu masyarakat kelas atas yang berpendidikan tinggi mulai mencuci. Mereka pun mulai menyadari bahwa kelas pekerja dan asisten rumah tangga mereka berbau,” kata Ashenburg.

Lebih rajin mandi dan merawat tubuh menjadi cara kaum elite memperkuat statusnya. “Hal ini tampaknya sangat aneh. Tapi menganggap bahwa masyarakat miskin berbau tidak sedap adalah sebuah prasangka yang relatif baru,” tambahnya.

Sekelompok ilmuwan di Diyarbakır, Turki, berusaha mereplika parfum kuno Mesopotamia yang berusia 3.200 tahun. (Rodolphe Ernst)

Munculnya institusi publik seperti sekolah, rumah sakit jiwa, rumah sakit, dan perkantoran juga berkontribusi pada estetika yang lebih bersih, menurut Brown. Pada abad ke-19, masyarakat meningkatkan kesadaran akan penciuman dan kepedulian terhadap kesehatan. Terutama bila berada di tempat yang ramai”.

Ketakutan ini muncul sebagian dari kepercayaan yang tersebar luas tentang bahaya bau yang tidak sedap. Bau tak sedap awalnya dianggap mengandung agen penyakit, menurut Virginia Smith, sejarawan dan penulis Clean: A History of Personal Hygiene and Purity.

Lalu muncul “teori racun” yang lazim hingga akhir abad ke-19. Teoti itu menyatakan bahwa penyakit seperti kolera dan wabah penyakit disebabkan oleh menghirup uap berbahaya.

Dalam beberapa dekade mendatang, teori kuman penyakit akhirnya menggantikan teori miasma. Namun kekhawatiran mengenai kebersihan—dan kaitan negatif dengan bau—masih tetap ada.

Populasi imigran (khususnya di AS) meningkat dan pipa ledeng dalam ruangan menjadi lebih mudah diakses. Pejabat kesehatan pun mulai membangun dan mempromosikan pemandian umum untuk sanitasi massal.

Baca Juga: Bau Badan dan Histori Munculnya Deodoran Sebagai Kebutuhan Publik