Kurang dari sepuluh hari, kapal layar itu tiba di ujung barat Nusantara. Awak kapal yang turut dalam pelayaran itu berjumlah 110 orang, 78 di antaranya adalah kadet. Kowaas berkisah, "Tanggal 14 Maret 1964 kami sandar di Sabang dengan selamat." Kemudian ia melanjutkan menulis, "Djam 14.00, tanggal 16 Maret 1964. Seluruh anak buah Dewarutji berdiri rapih, tersusun dalam barisan diatas geladak."
Keberangkatan KRI Dewaruci diberkati oleh seorang sepuh asal Makassar, namanya Pakih, seorang yang kurus dan berjenggot putih. Ia adalah warga Sabang, namun sejatinya berasal dari Sulawesi Selatan. Sebagai generasi yang mewarisi tradisi laut, ia mulai berlayar semenjak remaja. Pakih muda telah melayari segara dari Makassar hingga mencapai pulau paling barat di kepulauan kita.
"Masih kuat nampaknja kalau dibandingkan dengan terkaan kita sepintas lalu tentang djumlah tahun2 jang telah dilaluinja. Katakanlah 75 tahun. Atau 80 tahun. Tapi itu adalah terkaan jang sangat djauh meleset ." Kowaas mengungkapkan dengan yakin bahwa Pakih berusia 164 tahun!
Jelang KRI Dewaruci bertolak dari Sabang, "Pak Pakih dengan rela dan bangga telah merestui KRI Dewarutji dengan seluruh anak buahnja, merestuinja dengan doa penolak bala, dan sebagainja," tulisnya. "Dan berhamburanlah beras kuning dan tepung tawar." Kowaas mengungkapkan rona wajah orang sepuh itu, "Bahagia, adalah kata jang tepat untuk melukiskan perasaan beliau pada waktu itu."
Upacara dengan menabur beras kuning dan tepung tawar juga berulang dalam penyambutan KRI Dewaruci dan peserta Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024. Lokasinya pun boleh jadi sama, yakni di tepi Pelabuhan Sabang. Komandan KRI Dewaruci dan seluruh Laskar Rempah Batch-2 'Kayumanis' disambut dengan sirih pinang, kemudian seorang berbusana serba hitam melakukan tradisi tepong tawar.
Komandan Pelabuhan TNI-AL Sabang, Gita Muharam, dalam sambutannya mengatakan, "Hari ini merupakan hari yang spesial, kami dapat menyambut KRI kebanggaan dari Angkatan Laut, yakni KRI Dewaruci."
Gita melanjutkan, KRI Dewaruci merupakan kapal legendaris yang digunakan oleh seluruh taruna Akademi Angkatan Laut sebelum dilantik menjadi perwira untuk misi mengelilingi dunia bertajuk Kartika Jala Krida. "Alhamdulillah kita dapat bernostalgia kembali pada KRI Dewaruci. Pelayaran melewati titik-titik yang mengandung sejarah perdagangan dan budaya penting menjadi simbol keterhubungan daerah dalam historis jalur rempah."
Bersama KRI Dewaruci dan laskar rempah terpilih, Muhibah Budaya Jalur Rempah 2024 akan menjelajahi kearifan di tujuh lokasi persinggahan dagang kuno. Kegiatan ini akan mengingatkan kita pada saat kejayaan perdagangan rempah-rempah silam, termasuk Kota Sabang.
"Kami berharap semoga muhibah budaya ini dapat dijadikan wahana untuk mengaktifkan kembali jalur rempah yang dulu pernah ada," ujar Gita, "menghubungkan titik-titik rempah dan mempererat ikatan budaya antarwilayah."
Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, mengatakan bahwa pada tahun ini Muhibah Budaya Jalur Rempah singgah ke negeri tetangga—Malaysia—untuk menegaskan keterhubungan budaya sekaligus sebagai upaya mengusulkan Jalur Rempah menuju warisan dunia. "Kita akan membuktikan Indonesia kaya akan budaya, Indonesia sebagai negara adidaya budaya dengan seluruh potensi yang benar-benar bisa kita gali," ujarnya.