Bangsa Mesir kuno dengan cerdik menggunakan bantal batu tidak hanya untuk keperluan spiritual saja, tetapi juga digunakan dengan keperluan praktis.
Ditempatkan dekat lantai, sandaran kepala dari batu ini memiliki fungsi praktis yang penting dengan mencegah serangga dan hama masuk ke mulut, hidung, telinga, atau wajah seseorang saat tidur.
Fitur yang digunakan dalam lempengan batu sebagai sandaran kepala ini, membuat gagasan bantal batu sangat menarik di Mesir kuno, memastikan tidur malam yang nyenyak tanpa gangguan yang tidak diinginkan.
Ide bantal batu mulai terlihat lebih menarik di daerah beriklim panas seperti di Mesir Kuno, karena sandaran kepala memungkinkan aliran udara mengalir di bawah kepala dan mendinginkan orang yang tidur.
Mesir Kuno bukanlah bangsa yang paling awal menggunakan batu sebagai sandaran kepala saat mereka beristirahat atau tidur. Bantal paling awal dapat diketaui telah ada di masa Mesopotamia.
Mesopotamia merupakan wilayah yang dikenal sebagai "tempat lahirnya peradaban," yang berpusat di Irak modern, sekitar tahun 7000 SM.
Ide bangsa Mesir Kuno juga diadopsi dari penggunaan bangsa Mesopotamia, di mana secara praktis bantal batu digunakan untuk melindungi orang dari serangga dan hama saat mereka tertidur.
Barulah kemudian, orang-orang di Mesir Kuno menyempurnakan formula bantal dari batu tersebut sekitar 5.000 tahun kemudian—sekitar tahun 2000 SM—dengan sandaran kepala yang ditinggikan.
Setelahnya, bantal kuno itu juga berkembang dengan memadukan unsur kayu. "Sandaran kepala di Mesir Kuno terdiri dari alas dan batang yang dipasang pada dudukan untuk mengangkat kepala pengguna," tulis Kerry Hinton.
Kerry menulis hal ini kepada History Facts dalam artikel berjudul "Ancient people slept on pillows made of stone", yang terbit pada 3 April 2024.
Sebagian besar sandaran kepala Mesir terdiri dari alas persegi panjang datar dengan batang lurus dan leher melengkung, dan kepala pengguna dimaksudkan untuk menghadap matahari terbit di cakrawala.
Dari penemuan ini, fungsi bantal batu telah memulai adanya kebutuhan praktis untuk kenyamanan tidur. Meski di sisi lain, tujuan ritualis masih menjadi syarat akan keterhubungan yang erat masyarakat kuno dengan dewanya.