Koralestari di Laut Sawu demi Kelestarian Lingkungan dan Ekonomi Biru

By Utomo Priyambodo, Jumat, 5 Juli 2024 | 13:05 WIB
Program Koralestari dilaksanakan di tiga wilayah prioritas dengan total luas 4,1 juta hektare. Salah satunya di wilayah Laut Sawu di Kupang. (Nugroho Arif Prabowo/YKAN)

Nationalgeographic.co.id—Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki dan berbagai jasa lingkungan yang diberikan, terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang paling produktif. Meski begitu, terumbu karang saat ini terancam akibat berbagai tekanan, termasuk perubahan iklim, polusi, dan aktivitas yang tidak berkelanjutan.

Untuk melindungi dan melestarikan terumbu karang, dibutuhkan kolaborasi erat antara berbagai pemangku kepentingan. Maka, sebagai upaya meningkatkan perlindungan dan restorasi terumbu karang di sejumlah perairan di Indonesia, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan para mitra meluncurkan program Koralestari.

Program Koralestari ini diresmikan pada Senin, 1 Juli 2024, di Aula Hiu Paus Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Program ini didukung juga oleh Global Fund for Coral Reefs (GFCR).

Program Koralestari dilaksanakan di tiga wilayah prioritas dengan total luas 4,1 juta hektare. Tiga wilayah ini mencakup Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu, Provinsi NTT; Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya (KDPS), Berau, Provinsi Kalimantan Timur; dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lingga (KKPD Kabupaten Lingga), Provinsi Kepulauan Riau.

Melalui dorongan kegiatan ekonomi biru, program ini bertujuan untuk menekan degradasi pada kesehatan terumbu karang. Degredasi ini terjadi antara lain akibat penangkapan ikan dan budi daya perairan yang tidak berkelanjutan, pembangunan pesisir yang tidak terkendali, polusi di darat dan laut, dampak perubahan iklim, serta perlidungan terumbu karang dari spesies invasif.

Direktur Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KEBP-KKP), Muhammad Firdaus Agung, mengatakan bahwa program Koralestari sejalan dengan inisiatif-inisiatif terkait pendaan berkelanjutan yang saat ini sedang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.

“Program Koralestari penting untuk dimanfaatkan sebagai pembelajaran untuk melihat potensi-potensi pendanaan yang strategis untuk peningkatan manfaat kawasan konservasi bagi peningkatan ekonomi masyarakat," ujar Firdaus seperti dikutip dari keterangan tertulis YKAN.

"Bagi pemerintah, program ini juga dapat dijadikan pembelajaran untuk implementasi berbagai inisiatif terkait pendanaan berkelanjutan yang sedang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program ini juga perlu disinergikan dengan inisiatif pemerintah lainnya seperti program Laut Sejahtera (LAUTRA).”

Dipilihnya TNP Laut Sawu sebagai salah satu wilayah prioritas program Koralestari adalah karena status ekologisnya yang penting, tingkat ketahanan iklim yang ditunjukkan, serta besarnya potensi usaha perikanan berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi masyarakat.

Asisten 2 Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi NTT, Flouri Rita Wuisan, mengatakan perlu adanya inovasi di isu kemaritiman untuk menjaga wilayah perairan di Provinsi NTT, salah satunya melalui program Koralestari.

“Dorongan kegiatan konservasi melalui ekonomi biru sangat penting untuk kesehatan ekosistem laut, mitigasi perubahan iklim, serta peningkatan perekonomian masyarakat. Semoga program ini dapat menghasilkan data science yang kuat yang dapat dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan terkait oleh pemerintah daerah yang akan menjadi wilayah kerja program Koralestari,” ucap Flouri.

Baca Juga: Potensi Wisata Bernilai Jutaan Dolar AS di Laut Sawu dan Raja Ampat