Nationalgeographic.co.id—Dengan keanekaragaman hayati yang dimiliki dan berbagai jasa lingkungan yang diberikan, terumbu karang merupakan salah satu ekosistem laut yang paling produktif. Meski begitu, terumbu karang saat ini terancam akibat berbagai tekanan, termasuk perubahan iklim, polusi, dan aktivitas yang tidak berkelanjutan.
Untuk melindungi dan melestarikan terumbu karang, dibutuhkan kolaborasi erat antara berbagai pemangku kepentingan. Maka, sebagai upaya meningkatkan perlindungan dan restorasi terumbu karang di sejumlah perairan di Indonesia, Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan para mitra meluncurkan program Koralestari.
Program Koralestari ini diresmikan pada Senin, 1 Juli 2024, di Aula Hiu Paus Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Program ini didukung juga oleh Global Fund for Coral Reefs (GFCR).
Program Koralestari dilaksanakan di tiga wilayah prioritas dengan total luas 4,1 juta hektare. Tiga wilayah ini mencakup Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu, Provinsi NTT; Kepulauan Derawan dan Perairan Sekitarnya (KDPS), Berau, Provinsi Kalimantan Timur; dan Kawasan Konservasi Perairan Daerah Lingga (KKPD Kabupaten Lingga), Provinsi Kepulauan Riau.
Melalui dorongan kegiatan ekonomi biru, program ini bertujuan untuk menekan degradasi pada kesehatan terumbu karang. Degredasi ini terjadi antara lain akibat penangkapan ikan dan budi daya perairan yang tidak berkelanjutan, pembangunan pesisir yang tidak terkendali, polusi di darat dan laut, dampak perubahan iklim, serta perlidungan terumbu karang dari spesies invasif.
Direktur Konservasi Ekosistem dan Biota Perairan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KEBP-KKP), Muhammad Firdaus Agung, mengatakan bahwa program Koralestari sejalan dengan inisiatif-inisiatif terkait pendaan berkelanjutan yang saat ini sedang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan.
“Program Koralestari penting untuk dimanfaatkan sebagai pembelajaran untuk melihat potensi-potensi pendanaan yang strategis untuk peningkatan manfaat kawasan konservasi bagi peningkatan ekonomi masyarakat," ujar Firdaus seperti dikutip dari keterangan tertulis YKAN.
"Bagi pemerintah, program ini juga dapat dijadikan pembelajaran untuk implementasi berbagai inisiatif terkait pendanaan berkelanjutan yang sedang diinisiasi oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Program ini juga perlu disinergikan dengan inisiatif pemerintah lainnya seperti program Laut Sejahtera (LAUTRA).”
Dipilihnya TNP Laut Sawu sebagai salah satu wilayah prioritas program Koralestari adalah karena status ekologisnya yang penting, tingkat ketahanan iklim yang ditunjukkan, serta besarnya potensi usaha perikanan berkelanjutan yang memberikan manfaat bagi masyarakat.
Asisten 2 Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Provinsi NTT, Flouri Rita Wuisan, mengatakan perlu adanya inovasi di isu kemaritiman untuk menjaga wilayah perairan di Provinsi NTT, salah satunya melalui program Koralestari.
“Dorongan kegiatan konservasi melalui ekonomi biru sangat penting untuk kesehatan ekosistem laut, mitigasi perubahan iklim, serta peningkatan perekonomian masyarakat. Semoga program ini dapat menghasilkan data science yang kuat yang dapat dijadikan dasar untuk pengambilan kebijakan terkait oleh pemerintah daerah yang akan menjadi wilayah kerja program Koralestari,” ucap Flouri.
Baca Juga: Potensi Wisata Bernilai Jutaan Dolar AS di Laut Sawu dan Raja Ampat
Upaya konservasi dan restorasi terumbu karang di TNP Laut Sawu melalui program Koralestari mendapat dukungan penuh dari BKKPN Kupang.
Kepala BKKPN Kupang, Imam Fauzi, mengatakan, “Upaya konservasi sumber daya dan pengembangan ekonomi masyarakat di TNP Laut Sawu perlu diwujudkan melalui jalinan kemitraan dan implementasi program-program yang inovatif. Semoga program Koralestari ini menjadi wadah kolaborasi bagi berbagai pemangku kepentingan untuk melakukan upaya konservasi terumbu karang sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat yang berkelanjutan.”
Tiga Visi Koralestari: Konservasi hingga Ekonomi
Secara umum, program Koralestari bertujuan untuk menjaga terumbu karang di perairan Indonesia melalui upaya konservasi dan restorasi yang laik investasi (bankable). Setidaknya ada tiga visi strategis yang diharapkan dari program ini.
Pertama, adanya mekanisme pendanaan inovatif untuk upaya konservasi terumbu karang. Kedua, berkembangnya usaha-usaha yang berdampak positif terhadap terumbu karang (reef-positive business) yang berkontribusi bagi penghidupan masyarakat pesisir. Dan ketiga, meningkatnya kapasitas masyarakat lokal dalam merestorasi dan memulihkan terumbu karang untuk menjaga ketahanan pesisir.
Program ini direncanakan akan berjalan selama enam tahun dan dibagi menjadi tiga tahap. Tahap awal akan berfokus pada sejumlah aspek, di antaranya adalah pengumpulan data dasar, penilaian (assessment), studi kelayakan, dan pendirian mekanisme pendanaan yang inovatif.
Direktur Program MERA YKAN, Muhammad Imran Amin, menyatakan bahwa program ini YKAN kembangkan sebagai pilot untuk membantu pemerintah dalam upaya restorasi terumbu karang di perairan Indonesia.
“Program ini diharapkan dapat dijalankan secara kolaboratif antara para pihak terkait, dengan melihat dan berbagi peran sesuai kewenangan, dan kapasitas masing-masing pihak," kata Imran. "Untuk menindaklanjuti hasil pertemuan ini, YKAN akan memfasilitasi proses-proses koordinasi dan komunikasi para pihak, serta menyiapkan dasar-dasar pelaksanaan program agar dapat dipantau dan dievaluasi bersama-sama."