Seperti Apa Gambaran Dunia yang Kita Tempati di Tahun 2070 Kelak?

By Sysilia Tanhati, Selasa, 9 Juli 2024 | 20:01 WIB
Ilmuwan memprediksi bagaimana perubahan iklim akan mengubah banyak hal. Seperti apa gambaran dunia yang kita tempati di tahun 2070 kelak? (Irsam Photography/CC BY-SA 4.0)

Nationalgeographic.co.id–Sebuah filter yang dihasilkan kecerdasan buatan (AI) memprediksi penampilan seseorang dalam 50 tahun. Penampilan itu lengkap dengan kulit kendur, kerutan lebih dalam, dan bintik hitam akibat paparan sinar matahari selama beberapa dekade.

Dalam hitungan bulan, filter tersebut telah ditonton hampir 11 miliar kali di media sosial. Dan mengejutkan banyak orang dengan melihat sekilas proses penuaan.

Manusia adalah makhluk visual. Gambaran mengenai masa depan dapat memotivasi kita untuk menggunakan lebih banyak tabir surya. Namun dapatkah proyeksi visual serupa menimbulkan efek yang sama untuk menginspirasi lebih banyak aksi iklim?

Ilmuwan memprediksi bagaimana perubahan iklim akan membuat kita terkena bencana, mengubah pertanian, atau membuat beberapa wilayah tidak dapat dihuni. Prediksi ini dibuat dengan menggunakan model yang memperkirakan bagaimana dunia akan berubah.

Namun, jika menyangkut perubahan iklim, statistik sering kali tidak sekuat foto-foto menakjubkan tentang kota-kota yang tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Filter yang viral dapat mengejutkan kita dengan perkiraan usia kita pada tahun 2070. Apakah proyeksi banjir dan suhu ekstrem di tempat-tempat yang kita cintai bisa membantu mengatasi krisis iklim?

Seperti apa dunia di tahun 2070 nanti?

Dunia dalam 50 tahun ke depan

“Dunia akan terlihat sangat berbeda kelak jika tidak ada tindakan untuk mengatasi perubahan iklim,” tulis Kathleen Rellihan di laman National Geographic.

Planet ini berada di jalur menuju bencana pemanasan, menurut laporan perubahan iklim PBB tahun 2023.

Para ilmuwan iklim memperingatkan bahwa dunia kemungkinan akan melewati titik kritis suhu yang berbahaya dalam 10 tahun ke depan. Namun hal ini bisa dihindari bila negara-negara segera beralih dari bahan bakar fosil. Jika pemerintah tetap berpegang pada kebijakan mereka saat ini, sisa “anggaran karbon” akan hilang pada tahun 2030.

Sepertiga populasi dunia dapat hidup di iklim yang mirip dengan Sahara hanya dalam waktu 50 tahun. Hal ini diungkap dalam sebuah penelitian yang diterbitkan di PNAS pada tahun 2020.

National Geographic memproduksi fitur interaktifnya sendiri pada tahun 2020. Fitur tersebut menampilkan gambaran dunia dalam 50 tahun ke depan. Pada tahun 2070-an, fitur ini menunjukkan bahwa Boston akan terasa lebih seperti Bardwell, Kentucky, dengan suhu musim panas rata-rata lebih panas 8°F (-13,3°C). Dan London akan terasa lebih seperti Sovicille, Italia, dengan suhu musim panas yang meningkat 6°F. Beberapa kota, seperti Hanoi, Vietnam, akan lebih panas dibandingkan wilayah mana pun saat ini.

Membayangkan masa depan kita

Sama seperti filter di media sosial, ada model visual perubahan iklim yang sama menyedihkannya. Kelompok riset iklim nirlaba Climate Central's Picture Central's Picture menunjukkan dua versi masa depan. Seperti apa dunia ini jika kita tetap mempertahankan pola yang ada saat ini dan menghangatkan bumi sebesar 3°C. Dan seperti apa jadinya jika kita mengurangi polusi karbon secara drastis dan membatasi pemanasan hingga 1,5°C pemanasan global. Target itu ditetapkan oleh Perjanjian Iklim Paris.

Proyeksi visual ini menunjukkan bagaimana pilihan iklim dan energi pada dekade ini akan memengaruhi kenaikan permukaan air laut di masa depan. Climate Central menggunakan kombinasi gambar fotorealistik, video jalan layang, Google Earth, dan GIF animasi. Kombinasi itu menghasilkan alat visual untuk membayangkan masa depan manusia.

Visualisasi tersebut membandingkan hasil potensial dari hampir 200 tengara dan tempat ikonik di seluruh dunia. Mulai dari Burj Khalifa di Dubai hingga National Mall di Washington, D.C. Proyeksi permukaan laut jangka panjang ini menunjukkan gambaran menakjubkan kota-kota pesisir yang terendam air berdasarkan ilmu pengetahuan.

“Manusia itu visual. Sekitar 30 persen otak kita digunakan untuk penglihatan. Sebagian besar laporan ilmiah tentang ancaman iklim melaporkan angka-angka yang sulit untuk ditafsirkan. Apa sebenarnya arti kenaikan permukaan laut setinggi 30 cm atau 152 cm?” kata Benjamin Strauss, CEO dan kepala ilmuwan Climate Central.

Tujuan dari visual ini adalah untuk menunjukkan bahwa kita dapat memengaruhi masa depan, kata Strauss. “Kami menyajikan perbandingan berbagai potensi masa depan tergantung pada jalur yang kami ambil. Tindakan pemerintah, perusahaan, dan industri untuk mengurangi polusi karbon sebanyak dan secepat mungkin, dapat mengurangi risiko. Juga melindungi masyarakat pesisir di seluruh dunia.”

Ilmuwan iklim Katharine Hayhoe juga percaya pada kekuatan memvisualisasikan seperti apa kehidupan berdasarkan pilihan yang kita buat saat ini.

“Dengan menggambarkan dampak dari pilihan yang kita ambil, hal ini sebenarnya secara dinamis mengubah kemungkinan skenario masa depan,” kata Hayhoe, kepala ilmuwan di The Nature Conservancy.

Hayhoe mencoba membantu orang membayangkan bagaimana pemanasan planet akan berdampak pada mereka secara pribadi. “Bayangkan musim panas terpanas yang Anda ingat. Seperti apa tagihan listrik Anda? Seperti apa rasanya?” Seorang warga Texas, Hayhoe mengatakan di negara bagian tersebut telah terjadi peningkatan suhu tiga kali lipat dalam 40 tahun terakhir.

Masa depan apa yang akan kita pilih?

“Kami harus memahami apa yang akan terjadi jika kami tidak melakukan apa pun. Tapi kita juga harus memahami seperti apa bila kita bertindak. Jika tidak, yang ada hanyalah sekelompok orang yang ketakutan dan lumpuh,” tegas Hayhoe.

Buku The Future We Choose oleh Christiana Figueres dan Tom Rivett-Carnac membantu memengaruhi visi tentang bagaimana Bumi dapat diselamatkan dari bencana pemanasan.

Para arsitek utama perjanjian perubahan iklim ini menawarkan dua versi berbeda tentang bagaimana dunia akan terlihat pada tahun 2050. Meskipun terdapat skenario terburuk, buku ini juga menawarkan skenario terbaik. Bagaimana keadaan dunia jika kita bergerak menuju dunia perubahan suhunya tidak lebih dari 1,5°C pada tahun 2100? Sebuah dunia yang telah berhasil mengurangi separuh emisi setiap dekadenya sejak tahun 2020.

Hal ini memberikan gambaran yang jelas tentang betapa layak huninya dunia kita di masa depan. Dengan catatan, bila kita mengatasi perubahan iklim dalam skala besar, tambah Hayhoe.

“Betapa birunya langit, betapa sejuknya udara kita, betapa bersihnya air kita, betapa nyamannya kita berjalan kaki dan kota akan menjadi hijau.”