Bagaimana Peradaban Islam dalam Sejarah Dunia Memperlakukan Ganja?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 18 Juli 2024 | 11:00 WIB
Ilustrasi kehidupan pertanian dalam Kitab al-Diryak. Peradaban Islam dalam sejarah dunia mengenal pemanfaatan botani, termasuk khasiat ganja. Bagaimana peraturannya terhadap tanaman yang kontroversial ini? (Selciukide/Seljuq Art )

Namun, Al-Razi menekankan agar ganja tidak diresepkan secara berlebihan. Peringatan yang sama juga datang dari Ibnu Wahsyiyyah dalam Kitab al-Sumun (Buku tentang Racun) yang menyatakan bahwa ekstrak tumbuhan ini bisa menyebabkan kematian jika dicampur dengan obat lain.

Para cendekiawan peradaban Islam dalam sejarah dunia juga mencatat penggunaan ganja sebagai perangsang nafsu makan, terutama makanan manis, dan perangsang indra pendengaran. Di satu sisi, ganja diketahui dapat mematikan hasrat berhubungan seksual.

Menolak ganja

Meski ganja tersebar luas di masyarakat, tidak sedikit pemimpin politik menentangnya.  Kekaisaran Ayyubiyah (1171–1260) dan Mamluk (1250–1517) di Mesir hanya memberikan sedikit reaksi tentang ganja, selama hanya dipakai oleh kelompok sufi yang dipandang menyimpang.

Akan tetapi, ungkap Nahas, konsumsi ganja oleh masyarakat tidak bisa dihindari. Di Mesir, Kekaisaran Ayyubiyah pernah menghancurkan semua tanaman ganja di Taman Kafur, tempat biasa pengguna ganja berkumpul di Kairo. Upaya ini tak berlangsung lama karena petani lokal ingin meningkatkan pendapatannya.

Berganti ke Kekaisaran Mamluk, Al-Zahir Babar (berkuasa 1266–1275), yang memimpin perang menghadapi Kekaisaran Mongol di Ain Jalut, Palestina, lebih keras lagi terhadap ganja. Babar adalah muslim yang taat dan keberatan terhadap penggunaan ganja.

Sang Sultan melarang total penanaman ganja dan anggur, baik budidaya maupun konsumsi. Upayanya ini merupakan perbaikan moral masyarakatnya, termasuk menutup kedai minuman, rumah bordil, dan tempat penjualan ganja dan anggur. Penerusnya cenderung lebih lunak dengan kebijakan yang lebih liberal, yakni menarik pajak cukai atas ganja dan anggur.

Sekte ganja dan assassin

Nahas mencatat, peradaban Islam dalam sejarah dunia menyebut ganja sebagai hasyisy (pelafalan Inggris: hashish) yang berartu rumput dalam bahasa Arab.

Ilustrasi anggota Hashshashin, kelompok rahasia yang aktif pada abad ke-11 di dunia Muslim, terutama di wilayah Persia (sekarang Iran) dan Suriah. (Daily Sabah)

Dalam laporan Marco Polo, ganja berhubungan dengan berdirinya Hashashashin, atau yang dikenal Barat sebagai Assassin. Aliran ini berasal dari mazhab Ismailiyah yang didirikan oleh Hasan I Sabbah pada 1090.

Marco Polo menyebut, Hasan memberikan ganja kepada pengikutnya. Aliran ini diketahui sebagai kelompok militan semasa Perang Salib yang kerap membunuh pemimpin Arab dan Kristen Eropa pada abad ke-12.