Bagaimana Peradaban Islam dalam Sejarah Dunia Memperlakukan Ganja?

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Kamis, 18 Juli 2024 | 11:00 WIB
Ilustrasi kehidupan pertanian dalam Kitab al-Diryak. Peradaban Islam dalam sejarah dunia mengenal pemanfaatan botani, termasuk khasiat ganja. Bagaimana peraturannya terhadap tanaman yang kontroversial ini? (Selciukide/Seljuq Art )

Baca Juga: Sejarah Dunia: Mengapa Catatan Perjalanan Marco Polo Dianggap Penting?

Sejarawan lain berpendapat, penggunaan ganja oleh aliran ini sebenarnya bukan perayaan, melainkan untuk mendukakan kawan atau anggota keluarga yang gugur.

Sufisme, paham menghabiskan waktu untuk dekat dengan Tuhan—seperti berpuasa, salat, meditasi, dan menghindari rayuan dunia—yang dalam sejarah Islam pun mengenal penggunaan ganja pada abad ke-12. Pelopornya adalah Syekh Haidar yang mendirikan mazhab Haidari ddari Khorasan (Persia, Asia Tengah, dan Afganistan).

Al Maqrizi (1442–1364), sejarawan Mesir dan kritikus sufi, Syekh Haidar mengadaptasi pengetahuan pendeta Hindu akan ganja dalam ajarannya. 

Syekh Haidar mengatakan kepada murid-muridnya bahwa "Tuhan Yang Mahakuasa telah menganugerahkan kepada kalian dengan karunia istimewa tanaman ini (ganja)..." Ganja dinilai sebagai tanaman yang menghilangkan bayangan yang mengaburkan jiwa dan mencerahkan semangat.

Mengingat Al Maqrizi adalah kritikus, Nahas memperkirakan kisah tentang ulama sufi ini tidak benar. Meski demikian, penggunaan ganja dalam ibadah para sufi memang dilakukan. Penyebarannya dalam peradaban Islam ini meluas hingga ke Suriah dan Mesir.

Sampai saat ini beberapa penganut aliran sufi masih menggunakan ganja dalam pendekatan keagamaannya. Hal itu dicatut oleh Mark S. Ferrara dalam Sacred Bliss: A Spiritual History of Cannabis.

Ganja di Maroko

Pria tua di Maroko sedang menghisap menggunakan pipa sebsi atau sibsi. Pipa tradisional ini biasanya digunakan untuk menghisap rokok, ganja, dan tanaman lainnya. (Adil/Murakuc.officiel/Instagram)

Maroko, kerajaan lama Islam di Afrika utara juga menjelaskan penggunaan ganja. Mereka menyebut ganja sebagai kif yang berarti kesenangan atau kesejahteraan dan berkonotasi dengan mimpi dan ekstasi.

Penggunaan ganja di Maroko tercatat oleh ahli botani Andalusia Ibnu Baitar (1197–1248). Dia menyebut, budidaya ganja tidak hanya di Mesir, melainkan di seluruh Afrika Utara hingga Maroko. Persebarannya kemungkinan mencapai Andalusia (Spanyol hari ini).

Sampai hari ini, ganja masih ditanam di Maroko modern. Kota Chefchaouen dan Ketama menjadi pusat pariwisata ganja selama beberapa dekade. Kelompok sufi yang menggunakan ganja dalam ritual pun banyak dilakukan di sini.

Pada Mei 2021, parlemen Maroko melegalisasi penggunaan ganja untuk medis, kosmetik, dan industri. Dengan demikian, Maroko adalah negara Islam modern pertama dalam sejarah dunia yang memperbolehkan penggunaan ganja.