Toyota Eco Youth 13: Saatnya Siswa-siswi Medan Beri Dampak Besar Bagi Lingkungan

By Ade S, Minggu, 21 Juli 2024 | 22:39 WIB
Acara sosialisasi Toyota Eco Youth (TEY) 13, di Glass House, Kota Medan, Jumat (19/7/2024). ()

Nationalgeographic.co.id—Rangkaian sosialisasi Toyota Eco Youth (TEY) 13 akhirnya sampai di kota terakhir, yaitu Medan, Sumatera Utara.

Kota Melayu Deli, julukan untuk Kota Medan, melengkapi 7 kota lain yang sudah dikunjungi sebelumnya oleh tim TEY, yaitu Jakarta, Balikpapan, Makassar, Sorong, Surabaya, Yogyakarta, dan Bali.

Bertempat di Glass House, Kota Medan, sosialisasi TEY 13 kali ini dihadiri oleh siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan sederajat dari 40 sekolah di Kota Medan dan sekitarnya.

Acara yang diselenggarakan pada Jumat, 19 Juli 2024 tersebut dibuka dengan Tari Persembahan yang juga dikenal sebagai Tari Sirih. Tarian ini dibawakan oleh dua pasang muda-mudi mengenakan kostum adat khas Melayu.

Selanjutnya, program bertajuk Toyota Eco Youth 13 Goes To Medan tersebut dibuka oleh Ari Syamsudin, General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia.

Ari Syamsudin, General Manager PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia pada acara sosialisasi Toyota Eco Youth (TEY) 13, di Glass House, Kota Medan, Jumat (19/7/2024). ()

Melalui sambutannya, Ari menjelaskan bagaimana upaya untuk mencapai zero emission sangatlah berat. Dia mencontohkan bagaimana listrik yang kita gunakan sehari-hari, pembangkitnya masih didominasi oleh tenaga yang berasal dari batu bara.

Padahal, merujuk pada Paris Agreement pada 2015, banyak negara telah sepakat untuk menekan jumlah emisi karbon dioksida yang mereka hasilkan serendah mungkin.

Untuk itulah, Toyota, menurut Ari, mengembangkan beragam teknologi yang tepat waktu dan tepat sasaran untuk mendukung upaya tersebut. "Kita membuat kendaraan yang semakin efisien dalam penggunaan bahan bakarnya," tutur Ari.

Berbagai upaya untuk menyelamatkan bumi pun sudah dilakukan oleh Toyota secara langsung. Salah satunya melalui program Toyota Eco Youth (TEY) 13

Melalui TEY, menurut Ari, Toyota Indonesia mendorong para siswa semakin paham bahwa Bumi tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Dengan cara inilah diharapkan sekolah membantu menyelamatkan lingkungan. "Dengan jumlahnya yang sangat banyak, siswa-siswi dapat membuat dampak besar bagi lingkungan," ujar Ari.

Baca Juga: 713 Proposal Inovasi Eco Project Masuk, Toyota Eco Youth Buka Pendaftaran Gelombang 2

Bisa dimulai dari hal yang paling menyenangkan

Ade Sulaeman, Editor National Geographic Indonesia, kemudian menjelaskan tentang konsep dekarbonisasi.

Mengutip laman 8 Billion Trees, Ade menjelaskan bahwa dekarbonisasi adalah proses mengurangi dan akhirnya benar-benar menghilangkan emisi karbon dioksida (CO2) dari kegiatan kita sehari-hari.

Konsep ini, mirip dengan konsep zero emission, pada dasarnya terdorong oleh Paris Agreement 2015, yaitu sebuah upaya manusia untuk membatasi pemanasan global hingga jauh di bawah 2, lebih disukai hingga 1,5 derajat Celcius, dibandingkan dengan tingkat pra-industri.

Ade lalu memaparkan salah satu dampak "terbaru" dari pemanasan global adalah adanya jemaah haji yang meninggal di Arab Saudi pada Juni lalu akibat dari suhu ekstrem.

Lebih jauh, Ade juga menyebutkan bahwa sebuah studi yang dilakukan sebuah lembaga riset di Pakistan menuturkan bahwa dampak tersebut akan lebih buruk hingga lima kali lipat pada tahun 2035.

Indonesia sendiri menyumbang 1,24 gigaton setara karbon dioksida (Gt CO2e), sekitar 2,3% dari total emisi gas rumah kaca global. Dengan jumlah tersebut, Indonesia masuk daftar 10 besar penyumbang karbon dioksida tertinggi di Indonesia.

Namun, meski secara total terlihat besar, masing-masing penduduk Indonesia "hanya" menyumbang karbon dioksida sebesar 2,6 ton karbon dioksida ekuivalen (CO2e).

Merujuk pada data inilah, Ade menilai penduduk Indonesia juga bisa berperan besar dalam upaya menurunkan emisi karbon melalui upaya-upaya kecil. "Tinggal bagaimana upaya-upaya kecil tersebut bisa dilakukan secara masif.

Selain itu, upaya-upaya tersebut juga bisa dilakukan melalui hal-hal yang mudah dan menyenangkan. Ade mengambil contoh dirinya yang bersepeda saat pergi dan pulang bekerja.

"Bersepeda adalah cara dekarbonisasi yang paling menyenangkan yang bisa saya lakukan, selain tentunya menyehatkan dan menghemat biaya transportasi," tutup Ade.

Baca Juga: Toyota Eco Youth Goes To Bali: Memulai Langkah Kecil Menyelamatkan Lingkungan

Dimulai dari kesadaran

Dalam kesempatan yang sama, Silvia Decmery Natalia Gea berbagi kisah inspiratif tentang dirinya yang kini aktif sebagai pegiat lingkungan.

Silvia mengisahkan bagaimana dirinya mulai terkait dengan isu lingkungan saat melihat sampah bertebaran di sekitar kota tempat tinggalnya, yaitu Kota Gunungsitoli, Nias, Sumatera Utara.

"Padahal nias itu cantik pantainya, banyak pemandangannya. Kok, sayang,ya, gara-gara sampah jadi terganggu," ujar Silvia mengenang kondisi yang dialaminya pada 2019, saat dirinya masih duduk di kelas XI.

Peristiwa itulah yang kemudian mendorong dirinya untuk ikut ke dalam komunitas pemerhati lingkungan, khususnya saat ada program World Cleanup Day 2019 di Gunungsitoli.

Dalam program tersebut, bahkan dirinya sudah ditunjuk langsung sebagai leader. "Padahal, saat itu saya tidak punya kemampuan berbicara di depan umum," kenang Silvia.

Pegiat lingkungan Silvia Decmery Natalia Gea dalam acara sosialisasi Toyota Eco Youth (TEY) 13, di Glass House, Kota Medan, Jumat (19/7/2024). ()

Ketika berkuliah di Medan, Silvia lagi-lagi diminta untuk menjadi leader dalam program World Cleanup Day 2023. Saat itu, dia berhasil mengumpulkan ratusan orang di area Istana Maimoon.

Skripsinya terkait kebijakan publik tentang lingkungan, pada akhirnya menyadarkan Silvia bahwa salah satu hal yang paling penting dari upaya penyelamatan lingkungan adalah aspek sosialisasi.

Atas dasar itulah, Silvia, bersama beberapa rekannya, membentuk komunitas Eco Educare. Sebuah komunitas yang kemudian membawa Silvia untuk memberikan beragam pelatihan terkait dengan lingkungan dengan merangkul beragam pemangku kepentingan.

"Upaya menyelamatkan lingkungan itu dimulai dari kesadaran, inisiatif, kemudian aksi. Yang paling penting adalah, jika kita baik sama alam, alam akan lebih baik lagi pada kita," pesan Silvia.

Gelomang kedua

Per Juni 2024, panitia Toyota Eco Youth (TEY) ke-13 telah menerima 713 proposal inovasi eco project dari siswa SMA dan sederajat di seluruh Indonesia. Tim TEY menyampaikan terima kasih atas partisipasi semua peserta.

Dalam upaya mengumpulkan lebih banyak inovasi untuk lingkungan yang lebih baik dan menjaga kelestarian bumi, tim TEY ke-13 mengumumkan pembukaan pendaftaran gelombang kedua. Kesempatan untuk mendaftar akan dibuka kembali sampai dengan tanggal 31 Juli 2024.

Pendaftaran gelombang kedua ini memberi kesempatan bagi siswa SMA atau sederajat yang belum sempat menyelesaikan proposal mereka sebelum 30 Juni. Siswa yang baru mengetahui tentang kompetisi penyelamatan lingkungan ini atau yang baru saja mendapatkan ide inovatif, dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk mendaftar.

Informasi lebih lanjut tentang kompetisi Toyota Eco Youth ke-13 pada tahun 2024 dapat ditemukan di situs web ToyotaEcoYouth.com, tempat link pendaftaran juga tersedia, atau dengan menghubungi nomor WhatsApp 0811252413 untuk pertanyaan lebih lanjut.