Berdasarkan pengamatan para peneliti, sampel yang dikumpulkan memiliki konsentrasi oksigen meningkat sementara waktu. "Mereka mulai memproduksi oksigen, sampai titik tertentu. Lalu mereka berhenti," terang Sweetman.
Bisa jadi, energi yang mendorong pembelahan molekul air, antara hidrogen dan oksigen, habis. Yang menjadi pertanyaan berikutnya, dari mana pembelah molekul ini berasal? Andaikan mineral ini bisa menghasilkan energi dari reaksi kimia, seperti baterai, harusnya terdapat sumber daya yang mengisi ulang dayanya.
Dilansir dari Nature, Donald Canfield, ahli biogeokimia University of Southern Denmark, mengagumi fenomena yang dilaporkan. Akan tetapi, "... saya merasa ini membuat frustasi karena menimbulan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban."
Temuan ini menjadi sorotan para ahli karena menimbulkan pertanyaan baru dalam dunia sains. Donald Canfield, ahli biogeokimia University of Southern Denmark di Odense berpendapat di Nature, "... saya merasa ini membuat frustrasi karena menimbulkan pertanyaan daripada jawaban."
Bijih angan sering digunakan sebagai bahan pembuatan baterai. Para peneliti menduga, bijih mangan ini memiliki daya listrik, yang dalam pengukuran tenaganya mencapai hingga 0,95 volt. Akan tetapi, daya ini masih kecil untuk bisa memecah molekul air.
Bagaimanapun, Sweetman mengungkapkan bahwa penambangan laut harus memperhitungkan daerah mana yang dapat menghasilkan oksigen. Walau bijih mangan dibutuhkan untuk kebutuhan energi, jangan sampai ekosistem yang bergantung pada oksigen yang muncul secara misterius ini kehilangan sumbernya.
“Jika oksigen diproduksi dalam jumlah besar, hal ini mungkin penting bagi hewan yang hidup di sana," tuturnya.