Translokasi dan Pelepasliaran Satwa: Demi Keberlangsungan Alam Bukit Barisan Selatan

By Afkar Aristoteles Mukhaer, Sabtu, 3 Agustus 2024 | 08:00 WIB
Proses translokasi dan pelepasliaran kukang sumatra dan makaka ke Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Satwa-satwa ini telah diamankan dari perdagangan satwa, dan direhabilitasi oleh YIARI. Mereka punya peran penting dalam menjaga pelestarian alam di hutan. (YIARI)

Nationalgeographic.co.idPelestarian keanekaragaman hayati sering dicederai tangan-tangan tak bertanggung jawab. Perburuan demi memenuhi kebutuhan pasar pemelihara satwa kerap terjadi.

Akibatnya, pelestarian alam jadi terganggu akibat raibnya spesies-spesies penting. Di satu sisi, pemeliharaan satwa liar dapat mengancam manusia dengan penyakit zoonosis. Oleh karena itu, upaya mengembalikan satwa liar ke habitatnya diperlukan.

Pada 27 Juli 2024, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (BBTNBBS), BKSDA Bengkulu, dan Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI) melakukan translokasi satwa. Acara ini dilakukan di Resort Balik Bukit, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung.

Upaya ini termasuk dengan pelepasliaran satwa liar berupa empat individu kukang sumatra (Nycticebus coucang), empat individu beruk (Macaca nemestrina), dan 20 individu monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) ke habitat.

Satwa yang dilepasliarkan punya peran untuk ekosistem

Kurang lebih 355.511 hektare kawasan di Pulau Sumatra bagian selatan adalah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Sebagian besar kawasannya ditutupi hutan tropis yang berfungsi sebagai penghasil oksigen untuk planet ini, ragam flora, serta hewan dilindungi seperti harimau, badak, dan gajah.

Keberlangsungan ekosistem ini perlu dijaga. Tidak cukup dengan mengandalkan pepohonan yang ada di hutan, sehingga memerlukan rantai makanan ekosistem yang memadai.

Tiga spesies yang dilepasliarkan ini bisa berkontribusi untuk keberlangsungan tersebut, karena kebiasaannya memakan buah.

Dokter hewan YIARI Imam Arifin menjelaskan, satwa-satwa ini dapat menyebarkan benih tanaman ketika membuang bijinya. Terkadang, biji mereka masuk ke pencernaan dan bercampur dengan kotoran yang dapat menumbuhkan pohon baru dan penyuburan lahan hutan.

Monyet ekor panjang punya peran penting sebagai predasi penyeimbang ekosistem. Satwa yang kerap dijadikan hiburan topeng monyet ini dapat memakan hewan kecil seperti serangga. Sehingga, keberadaan monyet ekor panjang juga bisa mengontrol hama yang merusak pertumbuhan tumbuhan.

"Pada akhirnya semua fungsi tadi bermanfaat bagi manusia. Kalau hutan regenerasinya bagus, suplai oksigen juga makin banyak, pemanasan global juga akan menurun atau melambat mungkin lebih tepatnya," terang Imam Arifin.

Baca Juga: Dunia Hewan: Bagaimana 'Meliarkan Kembali' Bison Bisa Selamatkan Bumi?